Buddhadharma atau Buddhisme mulai masuk
ke Tibet sekitar abad ketujuh pada masa pemerintahan Raja Songtsen Gampo. Pada
abad kedelapan, Buddhisme mulai berakar di Tibet, yaitu pada masa pemerintahan
Raja Trisong Detsen. Acharya Padmasambhava dan Abbot Shantirakshita membantu
Raja untuk membawa Dharma ke Tibet dan menerjemahkan ajaran-ajaran Buddha ke
dalam bahasa Tibet. Semua ajaran dan praktek Buddhisme Tibet berasal langsung
dari Buddha Sakyamuni. Tidak dapat dipungkiri bahwa ajaran yang berada di Tibet
mempunyai hubungan ke suatu tradisi di India. Vajrayana memiliki 4 tradisi atau
silsilah, yakni: Silsilah Nyingmapa, Silsilah Sakyapa, Silsilah Kagyudpa, dan
Silsilah Gelugpa.
Padmasambava dari Nalanda Mahavihara yang
datang melalui lembah Swat dan tinggal di Tibet hanya 18 bulan dapat menanamkan
pengaruhnya dan mendapatkan gelar guru. Dia dapat meyakinkan penduduk Tibet
yang percaya pada “roh-roh” yang mereka sebut Bon-pa dengan mengajarkan sistim
Vajrayana.
Silsilah Gelugpa berasal dari
tradisi Kadampa, yang di ajarkan oleh guru besar dari India, Atisha (982-1054).
Para Acaria dari Vikramasila dipimpin oleh Bhikkhu Atissa memperkenalkan agama
Buddha berdasarkan pandangan Mahayana dan Tantra. Tsong-ka-pa (1358-1419), seorang
pemimpin agama (sangha) yang sekaligus pemimpin negara Tibet yang diletakan
oleh Atisha adalah penguasa yang melaksanakan reformasi agama Buddha serta
mengorganisir kelompok Gelugpa, memaksakan mereka menerima Vinaya Theravada
serta memberikan ciri berupa topi kuning kepada kelompok ini, yang membedakan
dari kelopmpok topi merah sebagai kelompok yang mengakui Guru Padmasambava dan
yang belum merevolusi maupun kelompok. Topi Hitam yang masih berpedoman pada ajaran
Bon-pa. Gelugpa kemudian menjadi kelompok terkemuka di Tibet yang kemudian
menetapkan Dalai-lama dan Pachen-lama. Tsong-ka-pa yang bergelar ”Je Rempoche”
meninggal dunia sebelum selesainya reformasi yang dilaksanakannya
Silsilah Gelugpa ini didirikan
oleh seorang guru besar Tibet, Je Tsongkhapa Lobsang Drakpa (1357-1419). Je
Tsongkhapa mendirikan biara Gaden (Drok Riwo Ganden) yang menjadi pusat
pengajaran silsilah Gelug. Pimpinan silsilah Gelug disebut dengan Gaden Tripa
Rinpoche (pemegang takhta). Yang Mulia Gaden Tripa Rinpoche saat ini adalah
Khensur Lungri Namgyel, yang merupakan pemegang silsilah ke 101 dari Gaden
Tripa (sejak 2003).
Tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Yang Mulia
Dalai Lama XIV. Beliau selain sebagai seorang spiritual, juga seorang tokoh
politik Tibet yang disengani berbagai pihak, termasuk negara barat. Dalai Lama
XIV saat ini hidup di pengasingan, di Dharamsala (India).
Gelug-pa berkembang pada abad xv sebagai
pembaharuan terhadap Kahdam-pa yang dipelopori oleh Tsongkapa. Beliau menerima
tradisi-tradisi Kahdam-pa dari lama Choskyabzanpo serta mengumpulkan
siswa-siswa ahdam-pa dan menguatkan mereka dengan 235 peraturan
The Gelugpa, kadang-kadang hanya disebut
sebagai sekolah Topi Kuning, berakar dalam tradisi Kadampa dan dalam reformasi
sekolah di bawah Tsongkapa (1357-1419), seorang guru Sakya latar belakang yang
lebih suka disiplin, ketat monastik dan yang considred para biarawan Kadampa
belum cukup saleh.
Setelah dasar biara Gelugpa 1 (Ganden,
TIB., Ri-bo dGa'-ldan) pada tahun 1409 oleh Tsongkapa, para Gelugpa sangat
diperluas selama abad ke-15, dengan bangunan benteng lebih banyak monastik:
* 1416 Drepung ('Bras-sprungs)
* 1419 Sera (Se-ra)
* 1437 Chamdo (Chab-MDO) di Kham
* 1447 Trashilunpo (bKra-shis lhun-po) di Tsang
Sekitar 1475, sebuah perjuangan untuk
kekuasaan konflik pecah antara Gelugpa dan Drupa Phagmo dan Karmapa divisi dari
Kagyudpa. Setelah Dalai Lama 3 pergi untuk mencari bantuan luar dari Mongol
(1560) untuk membentuk pemerintahan Gelugpa, oposisi mulai melemah. Namun,
sebenarnya konsolidasi kekuasaan Gelugpa datang hanya selama 1642-1659, di
bawah Dalai Lama kelima. Ini termasuk penyitaan biara non-Gelugpa dan
pembakaran buku-buku yang berasal dari Jonangpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar