jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Sabtu, Februari 28, 2015

CARA BARU TENTANG SATIPATTHANA DI BURMA

Sepanjang pengetahuan kita pada permulaan abad ini (di Burma) cara untuk bersadar itu dijelaskan dengan terang dan dipraktekan menurut keterangan baru itu. Pada ketika itu, seorang bhikkhu Burma bernama U Narada Maha Thera berusaha keras sekali untuk melaksanakan pelajaran yang didapatnya. beliau dengan sungguh-sungguh mencari satu cara meditasi yang dapat memberi  jalan untuk mencapai tujuan yang tertinggi dengan tidak diberati oleh soal-soal yang bukan pokok. Waktu beliau di dalam negeri itu, ia bertemu dengan banyak orang yang katanya telah melaksanakan meditasi, akan tetapi dari itu beliau tidak dapat menerima petunjuk-petunjuk yang memuaskan baginya. Dalam mencari petunjuk itu, ia mengunjungi gua-gua yang ternama untuk meditasi antaranya di bukit-bukit Sagain. Disana beliau bertemu dengan seorang bhikkhu yang terkenal namanya, karena telah mendapatkan Ariya Magga dimana kebebasan terakhir dapat dipastikan akan tercapai. Pada waktu sang U Narada menanyaka soal itu kepadanya, maka beliau ditanyai kembali: "apakah sebabnya kamu mencari jalan diluar perkataan Sang Guru, apakah jalan satu-satunya yaitu Satipatthana tidak diucapkan oleh beliau".

Narada memperhatikan petunjuk tersebut diatas. beliau mempelajari lagi isi dan keterangan dari pelajaran tersebut: merenungkan sedalam-dalamnya dan dengan giat melaksanakannya. Akhirnya beliau mengerti sifat-sifatnya yang tinggi. Akibat dan buah yang dicapai dengan pelaksanaan itu meyakinkan hati beliau tentang apa yang telah didapatnya dan apa yang dicarinya, yaitu untuk mendapatkan cara yang jitu guna melatih pikirannya untuk mencapai tujuan yang tertinggi. Dari pengalamnya sendiri, beliau membuat dasar-dasar daripada pelaksanaan itu sampai kepada soal-soal yang kecil-kecil.

seluruhnya merupakan daasar bagi mereka yang mengikuti jejak beliau sebagai muridnya langsung atau tidak langsung.

Untuk memberi nama cara-cara yang diketemukan oleh Sang U Narada, yaitu di dalam menggunakan dasar-dasar Satipatthana guna mendapatkan buah yang tertentu secara radikal, maka kami usulkan menyebutnya "Cara Satipatthana Burma yang baru". Kita menamakan baru sebab itu mempunyai hubungan dengan permulaan tradisi baru dalam melaksanakan jalan kesadaran purba.

Semoga cara ini berlangsung lama dan meluas sehingga memberi berkah pada mereka yang mendapatkan jalan untuk mencapai kebebasan: Pada murid Sang U Narada menyiarkan ilmu dan cara ini di Burma dan juga di lain negara Buddhis. Banyak di antara mereka yang telah berbahagia karenanya: terutama kemajuan yang telah dicapai. Sang U Narada Maha Thera terkenal di Burma sebagai Mengon Sayadow. Paa tahun 1952 sesudan Masehi, beliau sudah berumur 85 tahun. Banyak orang yang percaya bahwa beliau telah mendapatkan kebebasan yang terakhir (Arahata) (Belaiau telah wafat dalam tahun 1956 dalam umut 89 tahun). Tanda-tanda tentang mudahnya marga tersebut dan pelaksanaannya pada umumnya terbukti dari banyaknya guru-guru di Burma yang mengajarkan Satipatthana adalah orang biasa. Salah satu dari murid-murid Sang U Narada yang tercakap sendiri adalah seorang biasa bernama U Maung Tin. Ia mengajarkan dengan cara yang sangat menganggumkan, bukan saja kepada lain-lain orang, tetapi juga kepada bhikkhu-bhikkhu yang pandai dan lebih tua. Sering ia diundang untuk mengunjungi vihara-vihara guna memberikan kursus latihan tersebut.

Pernah terjadi, bahwa dua bhikkhu dari Sri Lanka yaitu Soma Thera dan Keminda Thera, mengikuti salah satu dari pelajaran ini dan membawanya pulang ke tanah airnya pengalaman-pengalaman yang telah di dapatnya.

Adalah suatu tanda yang sangat menyenangkan, bahwa di Burma sekarang pelaksanaan dan pelajaran Satipatthana ini dikembangkan baik dan menghasilkan buah yang menyenangkan. Sehingga hal itu merupakan suatu bendungan, dari pada aliran materalisme yang memuja duniawi. Kini Satipatthana merupakan kekuatan besar di dalam kehidupan keagamaan di Burma. di beberapa pusat latihan di Burma beribu-ribu orang mendapat kursus dalam menjalankan Satipatthana itu. Latihan-latihan ini diikuti oleh para bhikkhu dan orang-orang biasa sebab pemerintah menganjurkan soal diatas dan banyak memberi sokongan kepada pusat-pusat meditasi itu, lagi pula menghargai pikiran-pikiran yang dilatih disana, sebab hal itu akan merupakan suatu kekayaan di dalam segala lapangan hidup. Diantara guru-guru Satipatthana yang ternama di waktu ini ialah: U Sobhana Maha Thera ( Guru dari Bhikkhu A. Jinarakhita) yang, karena pelajaran yang diberikan tentang meditasi ini dan telah memberi sumbangan banyak sekali terhadap perkembangan pelaksanaan Satipatthana di Burma dan negara-negara lain. Beribu-ribu orang telah dibahagiakan karena kebijaksanaan dan pengalaman beliau. Wanita dan pria, muda dan tua, miskin dan kaya telah belajar dan orang biasa telah berbuat demikian pula dengan semangat dan kesungguhan hati yang besar. Sudah tentu buahnya tidak akan ketinggalan.

Bawasannya negara-negara lain baik di Timur maupun di Barat akan mengikuti jejak itu, adalah harapan yang disertakan pada tulisan ini yang bersifat petunjuk sederhana kejalan menuju kesadaran dan ingatan besar.

Note: Meditasi I. Penerbit Vajra Dharma Nusantara.

Jumat, Februari 27, 2015

SATIPATTHANA MENURUT ADAT TIMUR

Tidak ada percakapan Sang Buddha yang paling bermutu seperti Satipatthana Sutta. Terutama bagi mereka yang berpegang teguh pada pelajaran yang murni, yang tidak campuran. Walaupun dibandingkan dengan kotbah yang pertama di benares yang mempunyai nama yang tersiar dan penghormatan besar.
Di Sri Lanka umpamanya (pulau sailan), pada waktu itu bulan purnama, para umat Buddha menjalankan sepuluh aturan dari calon bhikkhu. Mereka itu siang dan malam berdiam di dalam vihara. Mereka sering-sering membaca sutta ini, menghapalkan, mendengarkannya, dan merenungkannya. Selain itu banyak perumahtangga, kitab Satipatthana ini dihormati dan dibungkus kain bersih. Waktu pagi hari, buku itu dibacanya pada anggota-anggota keluarganya. Selanjutnya, dibiasakan juga untuk menghapalkan sutta ini pada seorang pengikut agama Buddha waktu meninggal dunia. Sehingga dalam penghabisan hidupnya ini hatinya dapat ditaruh pada pesanan Sang Guru dapat dipenuhi dengan pesanan tersebut apat dihibur dan dibikin senang karena pelajaran Sang Buddha tentang kebebasan. Sekalipun jaman kita adalah abad percetakan tetapi di sailan masih menjadi kebiasaan untuk mempunyai daun lontar dari sutta ini dan memberikan tulisan kepada vihara guna perpustakaannya. Disana, terdapat hampir dua ribu tulisan semacam itu yang berisi Satipatthana Sutta, diantara masa terdapat daun lontar yang sangat mahal seperti pernah dilihat oleh mereka di dalam sebuah vihara di Sri Lanka.
Penghormatan yang tertinggi terhadap pelajaran ini disebabkan oleh karena Satipatthana Sutta ada percakapan yang diberikan oleh Sang Buddha sendiri, yang diberikan penegasan. Akan tetapi ini tidak cukup untuk memberikan keterangan tentang penghormatan tersebut yang berlangsung beribu-ribu tahun lamanya. Sebab lainnya adalah latihan-latihan yang telah berbuah baik sekali dan telah dijalankan selama 25 abad. Sehingga, seolah-olah Sutta ini diliputi oleh suasana kekuasaan dan kekuatan yang dapat menimbulkan penghormatan tertinggi.

Penghormatan dan keyakinan murni tentu merupakan tanah yang subur dimana dapat bertumbuh benih pikiran yang baik dan sehat. Kita harus mengakui bahwa dalam negara-negara Buddhis, pengertian yang nyata dan praktek Satipatthana Sutta masih sangat kurang, kalau dibandingkan dengan kebaktian orang-orang itu. Yang merupakan suatu pengecualian sepanjang pengetahuan penulis (penulis buku) rupa-rupanya terdapat di Burma sekarang ini, bertambah hari bertambah meluas. Kami yakin, bahwa di negara-negara lain akan terapat juga, bukan hanya mereka juga yang hanya menghafalkan dan mempelajari isi pelajaran itu, akan tetapi juga yang dengan bersungguh-sungguh menjalankannya sesuai dengan kecakapan dan kekuatannya. Akan tetapi sepanjang abad dapat ditentukan pada waktu sekarang ini tidak banyak orang yang mengerti inti sari dan jiwa dari latihan pikiran ini, terutama adi negara-negara di luar Burma. Sekalipun sifat-sifat istimewa dari cara ini kelihatannya sangat sederhana terutama sekali sesudahnya orang melihatnya, namun pendapat umum mengatakan, bahwa cara yang di gunakan dalam Satipatthana itu sebagian besar difatnya kabur dan biasa, dan keadaan demikian itu didalam beberapa hal akan merintangi perkembangan pikirannya dan kekuatan dari latihan tersebut.

Note: Dikutip dari buku Meditasi I penerbit Vajra Dharma Nusantara.

selanjutnya akan di bahas tentang Cara Baru Tentang Satipatthana Di Burma.

TUJUAN KESADARAN SEJATI

Jalan purba yang menuju ke dalam kesadaran inipun dapat pula dijalankan pada waktu sekarang, seperti halnya pada dua ribu lima ratus tahun yang lalu. Satipatthana ini dapat dilakukan dengan baik di negara-negara timur, baik di tengah-tengah kesibukan tempat para rahib (bhikkhu)
Kesaaran sejati sebetulnya merupakan dasar dari hidup yang baik dan berpikir yang baik, yang tidak boleh ditinggalkan, baik dimana saja atau diwaktu apapun juga, oleh setiap orang. Inilah wejangan pokok bagi semua orang bukan hanya untuk para pengikut Sang Buddha, akan tetapi untuk mereka yang ingin berusaha mengatur dan mengendalikan pikirannya, yang sangat sukar dikuasai itu, juga bagi mereka yang bersungguh-sungguh ingin mengembangkan kecakapannya yang masih terpendam. Sehingga dapat mencapai kebahagiaannya yang lebih besar.
Seperti dikatakan tadi, juha di terangkan tujuan yang tinggi dan dikatakan pula bahwa, cara ini, berguna sekali untuk mengatasi duka cita dan kelukesah, untuk menghilangkan derita dan kesedihan. Apakah ini yang bukan diinginkan oleh setiap orang?
Penderitaan adalah pengalaman dari manusia umumnya, dan oleh karena itu suatu cara yang dapat menguasai semua itu secara radikal adalah keinginan kepentingan umat manusia adanya. sekalipun kemenangan terakhir terhadap penderitaan itu bagi setiap orang masih agak lama tercapainya, akan tetapi jalan menuju kepadanya telah ditunjukan dengan terang. dan lebih dari pada itu, sebab dari permulaan jalan itu, latihan untuk memiliki kesadaran sejai, akan menunjukan secara langsung buah-buah yang nyata sebagai bukti kebaikannya, yaitu dengan mengalahkan duka dalam segala pertentangan.
buah yang praktis semacam itu, menurut istilah kebahagiaan haruslan dianggap penting sekali oleh setiap orang, selain dari pada pertolongan yang nyata yang dapat docapai bagi perkembangan pikirannya.
tujuan sebenarnya dari Satipatthana tidak lain dari pada pembebasan dari penderitaan, yang juga menjai tujuan pelajaran Sang Buddha yang disebut Nibbana. Jalan lurus dan langsung menuju ke arah itu, seperti diberikan oleh Satipatthana dan kemajuan berturut-turut dijalan tersebut tentu membutuhkan usaha-usaha dalam meditasi yang tidak putus-putus, dan yang digunakan untuk beberapa bahan-bahan kesadaran yang terpilih. Pelajaran permulaan tentang pelaksanaannya secara singkat akan diterangkan dalam postingan berikutnya.
Untuk mencapai tujuan yang tertinggi, cara-cara umum di dalam menggunakan kesadaran di dalam kesibukan hidup setiap hari, tidak kurang pentingnya. hal itu akan memberi pertolongan yang berharga untuk mendapatkan kesadaran yang tepat di dalam suatu soal yang terpimpin. selanjtnya hal itu menanamkan kebiasaan untuk mendapatkan suasana pikirab yang tenang dan kesadaran "yang umum, dab memberi rasa biasa terhadap" suasana pikiran" yang demikian itu. Buahnya yang baik lainnya, kalau dipandang dari sudut yang lebih sempit dan bersifat keduniawian, akan memberi dorongan untuk menggunakan kecakapan itu dilain-lain lapangan, akan menambah semangat untuk melatih diri secara teratur guna mencapai tujuan yang tertinggi. Karena ini, perhatian istimewa ditunjukan kepada sifat-sifat kesadaran yang umum, dan kepada lingkungan dalam rangkaian hidup manusia pada umumnya.
Di dalam Satipatthana terdapat juga gya pencipta yang abadi dan universal terhadap pelajaran tentang kejernihan batin yang nyata. Pelajaran itu memberikan dasar yang dalam dan luas, sederhana dan berisi, guna mendapatkan dasar dan rangka hidup menurut Dhamma untuk semua atau setidak-tidaknya untuk sebagian umat manusia yang banyak jumlahnya, dan selain dari bertambah banyak juga tidak lagi terpengaruh oleh "kepercayaan: yang tidak benar, akan tetapi yang dapat dirasakan dalam hidup dan dalam pikiran mereka, yang merupakan kebutuhan pemecahan soal-soal pokok yang singkatnya bukan kebendaan, dan pemecahannya tidak dapat dilakukan oleh ilmu pengetahuan atau kepercayaan di dalam agama. Untuk akan diberikan petunjuk singkat. Penjelasan dan tambahan harus dinanti sampai pada suatu kesempatan lain yaitu pembebasan. Untuk kepentingan umat manusia, yang tidak mengenal kesusteraan Buddhis, disini memberikan penjelasn tentang tulisan-tulisan yang berhubungan dengan hal itu dan yang menjadi dasar dari kebiasaan purba tentang Satipatthana ini.


Note:
* dikutip dari buku MEDITASI I Penerbit Vajra Dharma Nusantara. Halaman 2-4.