Tidak ada
percakapan Sang Buddha yang paling bermutu seperti Satipatthana Sutta. Terutama
bagi mereka yang berpegang teguh pada pelajaran yang murni, yang tidak
campuran. Walaupun dibandingkan dengan kotbah yang pertama di benares yang
mempunyai nama yang tersiar dan penghormatan besar.
Di Sri Lanka
umpamanya (pulau sailan), pada waktu itu bulan purnama, para umat Buddha
menjalankan sepuluh aturan dari calon bhikkhu. Mereka itu siang dan malam
berdiam di dalam vihara. Mereka sering-sering membaca sutta ini, menghapalkan,
mendengarkannya, dan merenungkannya. Selain itu banyak perumahtangga, kitab
Satipatthana ini dihormati dan dibungkus kain bersih. Waktu pagi hari, buku itu
dibacanya pada anggota-anggota keluarganya. Selanjutnya, dibiasakan juga untuk
menghapalkan sutta ini pada seorang pengikut agama Buddha waktu meninggal
dunia. Sehingga dalam penghabisan hidupnya ini hatinya dapat ditaruh pada
pesanan Sang Guru dapat dipenuhi dengan pesanan tersebut apat dihibur dan
dibikin senang karena pelajaran Sang Buddha tentang kebebasan. Sekalipun jaman
kita adalah abad percetakan tetapi di sailan masih menjadi kebiasaan untuk
mempunyai daun lontar dari sutta ini dan memberikan tulisan kepada vihara guna
perpustakaannya. Disana, terdapat hampir dua ribu tulisan semacam itu yang
berisi Satipatthana Sutta, diantara masa terdapat daun lontar yang sangat mahal
seperti pernah dilihat oleh mereka di dalam sebuah vihara di Sri Lanka.
Penghormatan yang
tertinggi terhadap pelajaran ini disebabkan oleh karena Satipatthana Sutta ada
percakapan yang diberikan oleh Sang Buddha sendiri, yang diberikan penegasan. Akan
tetapi ini tidak cukup untuk memberikan keterangan tentang penghormatan
tersebut yang berlangsung beribu-ribu tahun lamanya. Sebab lainnya adalah
latihan-latihan yang telah berbuah baik sekali dan telah dijalankan selama 25
abad. Sehingga, seolah-olah Sutta ini diliputi oleh suasana kekuasaan dan
kekuatan yang dapat menimbulkan penghormatan tertinggi.
Penghormatan dan
keyakinan murni tentu merupakan tanah yang subur dimana dapat bertumbuh benih
pikiran yang baik dan sehat. Kita harus mengakui bahwa dalam negara-negara
Buddhis, pengertian yang nyata dan praktek Satipatthana Sutta masih sangat
kurang, kalau dibandingkan dengan kebaktian orang-orang itu. Yang merupakan suatu
pengecualian sepanjang pengetahuan penulis (penulis buku) rupa-rupanya terdapat
di Burma sekarang ini, bertambah hari bertambah meluas. Kami yakin, bahwa di
negara-negara lain akan terapat juga, bukan hanya mereka juga yang hanya
menghafalkan dan mempelajari isi pelajaran itu, akan tetapi juga yang dengan
bersungguh-sungguh menjalankannya sesuai dengan kecakapan dan kekuatannya. Akan
tetapi sepanjang abad dapat ditentukan pada waktu sekarang ini tidak banyak
orang yang mengerti inti sari dan jiwa dari latihan pikiran ini, terutama adi
negara-negara di luar Burma. Sekalipun sifat-sifat istimewa dari cara ini
kelihatannya sangat sederhana terutama sekali sesudahnya orang melihatnya,
namun pendapat umum mengatakan, bahwa cara yang di gunakan dalam Satipatthana
itu sebagian besar difatnya kabur dan biasa, dan keadaan demikian itu didalam
beberapa hal akan merintangi perkembangan pikirannya dan kekuatan dari latihan
tersebut.
Note: Dikutip dari buku Meditasi I penerbit Vajra Dharma Nusantara.
selanjutnya akan di bahas tentang Cara Baru Tentang Satipatthana Di Burma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar