A.
Latar Belakang
Sarjana-sarjana
barat berpandangan bahwa konsep Bodhisatva merupakan konsep dari mahayana
sedangkan faktanya sebelum Mahayana berkembang, konsep Bodhisatva sudah ada
dalam therava. Karena mahayana berkembang lebih awal di barat jadi mereka
menganggap bahwa konsep bohisatva dari mahayana.
B.
Pembahasan
Dalam tradisi
Buddhis Theravada, pencapaian ke-Buddhaan kurang diutamakan karena tujuan
pencapaianya adalah pencarian ke-Arahatan. Calon Buddha dipercaya akan
melakukan adhitana kepada Buddha untuk menjadi Buddha selanjutnya. Contoh
beberapa pertapa sumedha sebelum menjadi Buddha Gotama, telah bertekad kepada
Buddha Dipankara. Dalam tradisi Buddhis Mahayana mereka secara total
membuktikan diri mereka pada pencapaian ke-Buddhaan melalui bodhisatva dengan
tujuan menolong semua mahkluk dari penderitaan. Karena menurut mahayana, semua
mahkluk memiliki benih ke-Buddhaan (bija-Buddha) dan bodhisatva.
Tiga ciri
kualitas dari Bodhisatva di dalam ajaran mahayana, yaitu; cita-citanya yang
teguh untuk membebaskan segenap mahkluk, pikirannya yang taktergoyangkan, dan
usahanya yang tak mengenal menyerah. Dalam proses (mahayana) akan masuk kedalam
proses anupattika-dharma-ksanti (telah memotong segenap kekotoran batin), dan
Avaivarta ( takkan kembali lagi, yang tak terkalahkan). Bodhisatva mengembangkan
kesadarannya (bodhicitta) dengan anuttara puja yaitu sikap yang disiplin dalam
mempraktikan enam paramita (sad-paramita). Bodhisatva mengandung dua aspek,
yaitu; sunyata atau prajna dan karuna. Prajna adalah kebijaksanaan dan karuna
adalah belas kasih atau kasih yang universal terhadap segenap mahkluk yang
menderita, keduanya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kesadaran. Untuk
merealisasi cita-cita dapat dilakukan dengan melaksanakan Sad-Paramita. Sad paramita
berisi enam perbuatan luhur, yaitu;
1.
Dana Paramita (kerelaan batin)
2.
Sila Paramita ( moralitas)
3.
Ksanti Paramita (kesabaran)
4.
Viriya Paramita (semangat)
5.
Dhaya Paramita (konsentrasi/samadhi)
6.
Prajna Paramita (kebijaksanaan)
C.
Kesimpulan
Seorang Buddha
juga pernah menjadi bodhisatva sebelum mencapai ke-Buddhaan, dan setiap manusia
mempunyai kesempatan untuk menjadi Bodhisatva dengan mempraktikan sad paramita,
karena setiap orang mempunyai bodhicitta.
Referensi
Kalupahana, David J. 1986.
Filsafat Buddha (Sejarah Analisis Historis). Jakarta: Erlangga.
Dhammasukha, Jo P. 1994. Pokok-Pokok
Dasar mahayana. Jakarta: Yayasan Yasodhara putri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar