Sama seperti agama Hindu/Brahma, agama Buddha juga berasal dari India, tepatnya India utara (sekarang masuk kekuasaan Nepal). Agama Buddha dibabarkan dan diajarakan oleh Sang Buddha Gotama, seorang putra sakya yang rela meninggalkan anak, istri, ayah, dan seluruh kekayaannya demi membebaskan umat manusia dari jurang penderitaan yang tiada hentinya. Buddha itu bukanlah suatu nama diri, tapi gelar yang diberikan kepada seorang yang telah dapat memebebaskan dirinya dari penderitaan.
Seperti agama-agama lainnya, Agama Buddha juga mempunyai kitab suci. Kitab suci agama Buddha dinamakan Tipitaka yang berarti tiga keranjang. Tipitaka secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama diberi nama Vinaya Pitaka (Keranjang Peraturan). Di dalamnya berisikan peraturan-peraturan untuk para bhikkhu dan samanera untuk dijadikan pedoman dalam melakukan suatu perbuatan agar perbuatannya tiak akan merugan dirinya sendiri ataupun mahkluk lain. Bagian yang kedua berisikan tentang Sutta-Sutta (kitbah/wejangan) yang disabdakan olej sang Buddha (Sutta Pitaka). Sedangkan bagian terakhir adalah Abhidhamma Pitaka yang berisikan tentang filsafat, metafisika, dan ilmu jiwa.
Kitab Tipitaka ini ditulis dengan menggunakan bahasa Pali (Maghada) yaitu bahasa yang digunakan oleh Sang Buddha dalam membabarkan Dhamma. Seluruh ajaran Buddh dapat disarikan menjadi satu kata, yaitu; Dhamma (Pali) dan Dharma (Sanskrit/Sansekerta).
TRIRATNA
Triratna/Tiratana adalah suatu bagian yang terpenting dan menjadi dasar agama Buddha. Tiratana terdiri dari dua kata, Ti yang berarti Tiga dan Ratana yang berarti permata. Arti keseluruhannya adalah Tiga Permata Mulia.
Permata yang pertama adalah Buddha, seorang yang telah mencapai penerangan sempurnya dengan kemampuannya sendiri tanpa bantuan mahkluk-mahkluk lain. Ia mempunyai kemampuan untuk menguraikan dan membabarkan pengetahuan kepada mahkluk-mahkluk lain.
Permata yang kedua adalah Dhamma, yaitu ajaran-ajaran yang diberikan dan dibabarkan oleh Sang Buddha.
Permata yang ketiga adalah Sangha, yaitu persaudaraan para pengikut Sang Buddha yang telah melaksanakan Dhamma dengan sempurna dan yang telah mencapai Magga (jalan) dan Phala (hasil). Dapat juga dikatakan persaudaraan para pengikut Sang Buddha yang telah mencapai tingkatan-tingkatan kesucian baik tingkat pertama (Sotapanna), kedua (Sakadagami), ketiga (Anagami), Keempat (Arahat).
1. Untuk dapat mencapai tempat tujuan, seorang buta akan menggunakan tongkat untuk menuntun dan membimbingnya agar tidak tersesat atau memilih jalan yang salah. Demikian juga kita yang masih dalam kegelapan batin ini sangat membutuhkan suatu pegangan yang dapat dijadikan penuntun dan pembimbing yang dapat membawa dan membimbing kita ke jalan yang benar.
Satu-satunya pegangan bagi umat Buddha adalah Sang Tiratana. Sang Tiratana adalah tempat kita bernaung dan berlindung yang paling aman. Tiratana adalah tempat yang sesuai dan tepat bagi kita untuk menanamkan dan mengembangkan keyakinan. Seorang laki-laki yang memegang Sang Tiratana sebagai pelindungnya dinamakan Buddhamamaka. Sedangkan seorang wanita yang memegang Sang Tiratana sebagai pelindungnya dinamakan Buddhamamika.
2. Untuk dapat diakui dan diterima sebagai umat Buddha, seseorang harus mengucapkan Tisanapatha atau Tiga Perlindungan.
Biasanya tiga perlindungan ini diucapkan dengan menggunakan bahasa pali, bukan terjemahannya. Tisaranapatha dalam bahasa pali telah dijadikan suatu ketentuan yang umum, jadi Tisaranapatha dalam bahasa pali saja yang digunakan oleh umat-umat Buddha sedunia. Hanya iramanya sajalah yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya.
TISARANAPATHA
BUDDHAM SARANAM GACCHAMI
aku berlindung kepada Buddha
DHAMMAM SARANAM GACCHAMI
aku berlindung kepada dhamma
SANGHAM SARANAM GACCHAMI
aku berlindnung kepada sangha
DUTIYAMPI BUDDHAM SARANAM GACCHAMI
untuk kedua kalinya aku berlindung kepada buddha
DUTIYAMPI DHAMMAM SARANAM GACCHAMI
untuk kedua kalinya aku berlindung kepada dhamma
DUTIYAMPI SANGHAM SARANAM GACCHAMI
untuk kedua kalinya aku berlindung kepada sangha
TATIYAMPI BUDDHAM SARANAM GACCHAMI
untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada buddha
TATIYAMPI DHAMMAM SARANAM GACCHAMI
untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada dhamma
TATIYAMPI SANGHAM SARANAM GACCHAMI
untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada sangha
Note: Ajaran Bagi Pemula. Bandung Sucinno Indonesia. hal 11.
Seperti agama-agama lainnya, Agama Buddha juga mempunyai kitab suci. Kitab suci agama Buddha dinamakan Tipitaka yang berarti tiga keranjang. Tipitaka secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama diberi nama Vinaya Pitaka (Keranjang Peraturan). Di dalamnya berisikan peraturan-peraturan untuk para bhikkhu dan samanera untuk dijadikan pedoman dalam melakukan suatu perbuatan agar perbuatannya tiak akan merugan dirinya sendiri ataupun mahkluk lain. Bagian yang kedua berisikan tentang Sutta-Sutta (kitbah/wejangan) yang disabdakan olej sang Buddha (Sutta Pitaka). Sedangkan bagian terakhir adalah Abhidhamma Pitaka yang berisikan tentang filsafat, metafisika, dan ilmu jiwa.
Kitab Tipitaka ini ditulis dengan menggunakan bahasa Pali (Maghada) yaitu bahasa yang digunakan oleh Sang Buddha dalam membabarkan Dhamma. Seluruh ajaran Buddh dapat disarikan menjadi satu kata, yaitu; Dhamma (Pali) dan Dharma (Sanskrit/Sansekerta).
TRIRATNA
Triratna/Tiratana adalah suatu bagian yang terpenting dan menjadi dasar agama Buddha. Tiratana terdiri dari dua kata, Ti yang berarti Tiga dan Ratana yang berarti permata. Arti keseluruhannya adalah Tiga Permata Mulia.
Permata yang pertama adalah Buddha, seorang yang telah mencapai penerangan sempurnya dengan kemampuannya sendiri tanpa bantuan mahkluk-mahkluk lain. Ia mempunyai kemampuan untuk menguraikan dan membabarkan pengetahuan kepada mahkluk-mahkluk lain.
Permata yang kedua adalah Dhamma, yaitu ajaran-ajaran yang diberikan dan dibabarkan oleh Sang Buddha.
Permata yang ketiga adalah Sangha, yaitu persaudaraan para pengikut Sang Buddha yang telah melaksanakan Dhamma dengan sempurna dan yang telah mencapai Magga (jalan) dan Phala (hasil). Dapat juga dikatakan persaudaraan para pengikut Sang Buddha yang telah mencapai tingkatan-tingkatan kesucian baik tingkat pertama (Sotapanna), kedua (Sakadagami), ketiga (Anagami), Keempat (Arahat).
1. Untuk dapat mencapai tempat tujuan, seorang buta akan menggunakan tongkat untuk menuntun dan membimbingnya agar tidak tersesat atau memilih jalan yang salah. Demikian juga kita yang masih dalam kegelapan batin ini sangat membutuhkan suatu pegangan yang dapat dijadikan penuntun dan pembimbing yang dapat membawa dan membimbing kita ke jalan yang benar.
Satu-satunya pegangan bagi umat Buddha adalah Sang Tiratana. Sang Tiratana adalah tempat kita bernaung dan berlindung yang paling aman. Tiratana adalah tempat yang sesuai dan tepat bagi kita untuk menanamkan dan mengembangkan keyakinan. Seorang laki-laki yang memegang Sang Tiratana sebagai pelindungnya dinamakan Buddhamamaka. Sedangkan seorang wanita yang memegang Sang Tiratana sebagai pelindungnya dinamakan Buddhamamika.
2. Untuk dapat diakui dan diterima sebagai umat Buddha, seseorang harus mengucapkan Tisanapatha atau Tiga Perlindungan.
Biasanya tiga perlindungan ini diucapkan dengan menggunakan bahasa pali, bukan terjemahannya. Tisaranapatha dalam bahasa pali telah dijadikan suatu ketentuan yang umum, jadi Tisaranapatha dalam bahasa pali saja yang digunakan oleh umat-umat Buddha sedunia. Hanya iramanya sajalah yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya.
TISARANAPATHA
BUDDHAM SARANAM GACCHAMI
aku berlindung kepada Buddha
DHAMMAM SARANAM GACCHAMI
aku berlindung kepada dhamma
SANGHAM SARANAM GACCHAMI
aku berlindnung kepada sangha
DUTIYAMPI BUDDHAM SARANAM GACCHAMI
untuk kedua kalinya aku berlindung kepada buddha
DUTIYAMPI DHAMMAM SARANAM GACCHAMI
untuk kedua kalinya aku berlindung kepada dhamma
DUTIYAMPI SANGHAM SARANAM GACCHAMI
untuk kedua kalinya aku berlindung kepada sangha
TATIYAMPI BUDDHAM SARANAM GACCHAMI
untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada buddha
TATIYAMPI DHAMMAM SARANAM GACCHAMI
untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada dhamma
TATIYAMPI SANGHAM SARANAM GACCHAMI
untuk ketiga kalinya aku berlindung kepada sangha
Note: Ajaran Bagi Pemula. Bandung Sucinno Indonesia. hal 11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar