Menyadari betapa pentingnya Ovadapatimokkha ini, maka sangat tepat untuk diceritakan secara garis besarnya saja kejadian waktu Ovadapatimokkha ini disabdakan oleh Sang Buddha.
Pada waktu sembilan bulan setelah Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, tepatnya pada saat Purnama Sidhi di bulan Magha, Sang Buddha bersemayam di Vihara Veluvana arama (vihara yang di bangun oleh raja Bimbisara) di dekat kota Rajagaha, India. Pada saat itu terjadi suatu peristiwa yang sangat jarang sekali terjadi, yaitu;
Berkumpulnya 1.250 siswa Sang Buddha tanpa mengadakan suatu perjanjian terlebih dahulu. Kesemuannya adalah siswa-siswa langsung Sang Buddha, artinya siswa-siswa yang ditabiskan oleh Sang Buddha sendiri. Dan semua siswaNya itu telah mencapai tingkat Arahat dan memiliki kekuatan batin atau yang biasa disebut Abhinna.
Dewa membabarkan pokok-pokok ajaranNya, yang salah satunya adalah yang tertulis diatas.
PENJELASAN:
Sesuai dengan hukumnya, setiap mahkluk bertanggung jawab terhadap kammanya sendiri dan setiap mahkluk adalah pembuat kammanya sendiri. Kamma itu dapat dilakukan dengan melalui tida cara, yaitu melalui perbuatan, ucapan dan pikiran. Perlu juga diketahui, bahwa suatu perbuatan dapat disebut kamma apabila dilandasi dengan suatu kehendak atau dalam bahasa palinya Cetana. Tanpa Cetana ini tidak mungkin seseorang dapat dikatakan telah membuat kamma.
1. Perbuatan Jasmani (Kaya Kamma)
Yang dimaksud Kaya Kamma adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan melalui badan jasmani, misalanya memukul, menganiaya, mencuri, merampok, membunuh, menodong, dan lain-lain.
2. Perbuatan Ucapan (Vaci Kamma)
Yaitu semua perbuatan yang dilakukan dengan melalui ucapan sebagai landasannya, misalnya menipu, mencela, berbohong, berbicara kasar. memfitnah, mengadu domba, memuji, memberi nasihat, berdoa/membaca paritta, memberikan kotbah, dan lain-lain.
3. Perbuatan Pikiran (Mano Kamma)
Yaitu semua perbuatan yang dilakukan oleh pikiran, misalnya merencanakan suatu perbuatan, mencuri, merampok, menerungkan sifat-sifat mulia, memancarkan perasaan cinta kasih, melakukan meditasi, dan lain-lain.
Ketiganya adalah landasan pokok bagi terwujudnya suatu kamma. Baik buruknya kamma itu tergantung sepenuhnya pada Cetana. Apabila kita berbuat, berbicara, berpikir dengan penuh kebencian, keserakahan, atau kebodohan, maka kamma yang kita perbuat tergolong kamma buruk atau Akusalakamma dan buahnya pasti penderitaan.
Sedangkan apabila kita berbuat, berbicara, berpikir bebas dari kebencian, keserakahan, atau kebodohan maka kamma yang kita perbuat tergolong kamma baik atau Kusalakamma dan akan berbuah kebahagiaan.
Untuk itulah sangat penting bagi kita untuk membuat pikiran kita jauh dari kebencian, keserakahan, dan kebodohan (Dosa, Lobha, dan Moha).
Seseorang dilahirkan dalam keadaan yang menyenangkan, menyusahkan, miskin, kaya, cantik jelek, pandai, bodoh adalah tergantung kamma yang dia perbuat sebelumnya. Oleh karena itu Sang Buddha sering menyarankan kepada kita agar selalu menjaga panca-indera dan pikiran kita.
Note: Ajaran Bagi Pemula. Bandung Sucinno Indonesia. hal 22.
Pada waktu sembilan bulan setelah Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, tepatnya pada saat Purnama Sidhi di bulan Magha, Sang Buddha bersemayam di Vihara Veluvana arama (vihara yang di bangun oleh raja Bimbisara) di dekat kota Rajagaha, India. Pada saat itu terjadi suatu peristiwa yang sangat jarang sekali terjadi, yaitu;
Berkumpulnya 1.250 siswa Sang Buddha tanpa mengadakan suatu perjanjian terlebih dahulu. Kesemuannya adalah siswa-siswa langsung Sang Buddha, artinya siswa-siswa yang ditabiskan oleh Sang Buddha sendiri. Dan semua siswaNya itu telah mencapai tingkat Arahat dan memiliki kekuatan batin atau yang biasa disebut Abhinna.
Dewa membabarkan pokok-pokok ajaranNya, yang salah satunya adalah yang tertulis diatas.
PENJELASAN:
Sesuai dengan hukumnya, setiap mahkluk bertanggung jawab terhadap kammanya sendiri dan setiap mahkluk adalah pembuat kammanya sendiri. Kamma itu dapat dilakukan dengan melalui tida cara, yaitu melalui perbuatan, ucapan dan pikiran. Perlu juga diketahui, bahwa suatu perbuatan dapat disebut kamma apabila dilandasi dengan suatu kehendak atau dalam bahasa palinya Cetana. Tanpa Cetana ini tidak mungkin seseorang dapat dikatakan telah membuat kamma.
1. Perbuatan Jasmani (Kaya Kamma)
Yang dimaksud Kaya Kamma adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan melalui badan jasmani, misalanya memukul, menganiaya, mencuri, merampok, membunuh, menodong, dan lain-lain.
2. Perbuatan Ucapan (Vaci Kamma)
Yaitu semua perbuatan yang dilakukan dengan melalui ucapan sebagai landasannya, misalnya menipu, mencela, berbohong, berbicara kasar. memfitnah, mengadu domba, memuji, memberi nasihat, berdoa/membaca paritta, memberikan kotbah, dan lain-lain.
3. Perbuatan Pikiran (Mano Kamma)
Yaitu semua perbuatan yang dilakukan oleh pikiran, misalnya merencanakan suatu perbuatan, mencuri, merampok, menerungkan sifat-sifat mulia, memancarkan perasaan cinta kasih, melakukan meditasi, dan lain-lain.
Ketiganya adalah landasan pokok bagi terwujudnya suatu kamma. Baik buruknya kamma itu tergantung sepenuhnya pada Cetana. Apabila kita berbuat, berbicara, berpikir dengan penuh kebencian, keserakahan, atau kebodohan, maka kamma yang kita perbuat tergolong kamma buruk atau Akusalakamma dan buahnya pasti penderitaan.
Sedangkan apabila kita berbuat, berbicara, berpikir bebas dari kebencian, keserakahan, atau kebodohan maka kamma yang kita perbuat tergolong kamma baik atau Kusalakamma dan akan berbuah kebahagiaan.
Untuk itulah sangat penting bagi kita untuk membuat pikiran kita jauh dari kebencian, keserakahan, dan kebodohan (Dosa, Lobha, dan Moha).
Seseorang dilahirkan dalam keadaan yang menyenangkan, menyusahkan, miskin, kaya, cantik jelek, pandai, bodoh adalah tergantung kamma yang dia perbuat sebelumnya. Oleh karena itu Sang Buddha sering menyarankan kepada kita agar selalu menjaga panca-indera dan pikiran kita.
Note: Ajaran Bagi Pemula. Bandung Sucinno Indonesia. hal 22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar