jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Kamis, April 12, 2012

Agama Buddha di Cina



Latar Belakang Perkembangan Agama Buddha di Cina
            Sejak jaman perunggu di Cina Negara-negara timbul dan tengelam sedangkan pemerintahan juga berubah-ubah dari pangeran dan pegawai pemerintahan. Penduduk cina berkembang dengan menakjubkan. Pada abad 1 SM, penduduk negeri ini diperkirakan sudah berjumlah 50 juta. Daerah-daerah subur di sepanjang aliran-aliran sungai menjadi tempat pemukiman dan memberikan cukupmakanan dengan padi sebagai bahan pokok utama. Hal-hal yang dapat yang dapat menghambat laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh bencana alam (banjir dan penyakit), peperangan dan kerusakan social. Penduduk terdiri dari suku-suku bangsa dengan bahasa yang berbeda. Suku yang utama adalah bangsa Han yang mengembanhkan dasar-dasar kebudayaan dan politik (202 Sm-220). Sepanjang sejarah cina memberikan gambaran bahwa agama tidak memegang peranan penting. Filsafat etika (moral) dari Kong Hu Cu atau Confusius yang mengajarkan “Jen” sebagai azas kesatuan telah dilengkapi dengan konsep “Yi” atau kebenaran oleh Mencius. Di samping pembaharuan yang berdasarkan tata laku dalam kehidupan masyarakat yang berasal dari kong Hu Chu juga kita kenal pandangan lain berdasarkan kehidupan rohani (bertapa) dari Lau Tzu Chuang Tzu yang disebut “ Teo Te Ching”. Dalam sejarah cina kedua pandangan tersebut silih berganti berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat. Bilamana keadaan tenang dan makmur, maka pandangan Kong Hu Chu yang berkembang dan sebaliknya pada keadaan sulit maka ajaran Tao yang popular. Keruntuhan dinasti Han pada awal abad 3 masehi telah membuat kemaharajaan Cina mengalami kemunduran dalam beberapa abad. Ajaran Kong Hu Chu pun memudar dan pada masa ini agama Buddha mulai memperoleh perhatian dari masyarakat Cina, sementara ajaran Tao mengalami kebangkitan kembali. 
Aliran Agama Buddha yang berkembang di Cina:
·         Aliran Theravada
Aliran dari Theravada yang mula-mula berkembang di Cina terdiri dari 3 aliran yaitu:
a.       Cheng-shih ( di India dinamakan aliran Sautrantika) yang berpendirian bahwa Dharma dan kehidupan hanya maya realitas.
b.      Chu-she ( di india dinamakan aliran Vaibhashika), berpendirian bahwa Dharma dan kehidupan itu mempunyai realitas.
c.       Lu yaitu aliran yang mempertahankan tata tertib yang ketat bagi kehidupan Sngha, berdasarkan vinaya pitaka.
·         Aliran Mahayana
Aliran dari Mahayana terdiri dari tujuh bagian yaitu:
a.       Aliran San-Lun
Sun –Lun bermakna 3 sutra. Aliran itu berdasarkan tiga karya yang disalin Kumarajiva ke dalam bahasa Cina. Dua buah dari padanya adalah karya Nagarjuna dan sebuah lagi karya muridnya Deva. Aliran itu dikenal dengan aliran Madyamika (aliran tengah). Karakteristik aliran tersebut berpendirian bahwa seluruh alam luar itu pada hakikatnya tidak riil dan hanya kekosongan saja yang benar-benar riil, namun hal itu dapat dialami dalam samadi secara langsung dan pasti, yaitu suatu hal yang dimiliki alam luar. Maka kekosongan itu pada hakikatnya berada dimana-mana mencakup segalanya. Segala yang ada itu hakikatnya merupakan bagian kekosongan atau nirvabna. Didalam Madyamika terdapat dua pengertian tentang kebenaran yaitu kebenaran umum dan kebenaran universal. Kebenaran umum atau alami yang sifatnya relative dan prakmatis.
b.      Aliran Wei-shih
Wei-shih bermakna hany kesadaran. Aliran ini dikenal dengan Vijnanavada yang dibangun oleh Asanga. Vijnnavada itu sebuah aliran Citta Murni. Perwujudan alam luar itu hanya ada didalam ingatan orang belaka. Alam luar itu tidak lain dari maya belaka. Bagi seseorang didalam Samadhi mungkin saja biasa menegakkan didepan mata ingatannya akan segala rupa dari alam luar itu, bahwa semua tidak memiliki realitas. Semua tanggapan itu tidak lain adalah proyeksi dari ingatan belaka, yakni dari kesadaran seseorang. Dalam filsafat Cina di Jepang aliran ini disebut dengan aliran Nichiren. Aliran ini pada mulanya berdasarkan pada Saddharma-Pundarika-Sutra ( seroja dari hukum terbaik), tetapi dalam perkembangannya penafsiran terhadap karya tersebut yang diberikan oleh Chih-kai menjadi pegangan utama. Chih-kai adalah nama seorang bhiksu berasal dari wilayah gunung Tiien-tai dalam provinsi Chekiang. Seroja hukum terbaik ini, pada pandangan guru besar Tien-tai adalah Mahayana sutra yang paling mudah untuk dipahami oleh kalangan umum, karena bukan bersifat teologis yang berbelit-belit, tetapi langsung memberikan tuntutan kearah kieselamatan melalui praktek. Ajaran Tien-tai dititik beratkan terletak pada kesadaran dan renungan sebagai jalan bagi menangkap kebenaran terakhir.
c.       Aliran Hua-yen
Hua-yenbermakna kalung bunga. Aliran Hua-yen berdasarkan Avatamsaka-sutra, sebuah karya dari India utara yang mengemukakan ajaran Skyamuni dalam kedudukannya sebagai penjelmaan Buddha Vairochana. Vairochana di dalam Upanisad yang terdapat kitab suci agama Hindu adalah penemanan bagi pemimpin kodrat-kodrat rohani yang bersifat tertentu.
d.      Aliran Ching-tu
Aliran ini biasa disebut Sukhavati yang digambarkan dalam keadaan yang sangat mengiurkan siapapun. Kesenangan yang bagai manapun di dunia ini tidak berarti, bilamana dibandingkan dengan kesenangan yang bakal dinikmati di dalam Suhavati. Pengikut aliran Ching-tu sangat mengutamakan samatha, keyenangan batin.
e.       Aliran Chan
Aliran Chan di India dikenal dengan Dhyana dan di Jepang dengan aliran zen. Dhyana bermakna meditasi (Samadhi). Aliran Chan bersifat mistik. Buddha Gutama pada masa hidupnya, menurut aliran Chan tidak memberikan dan membukakan ilmu tertinggi itu kepada siapapun juga kecuali kepada seorang muridnya yang amat terutama. Aliran Chan mengutamakan pendekatan secara kerohaniaan untuk mencapai kesadaran tertinggi. Sikap aliran Chan itu menilai agak bersifat incoclastic yakni menolak pemujaan patung, karena puja-pujaan lahiriah itu tidak membawa kepada tujuan tertinggi. Titik ajarannya mengutamakan kedisiplinan yakni ketaatan dan kidmah yang sepenuhnya pada sang guru. Aliran Chan berpendirian bahwa kepribadian Buddha itu hidup membenam didalam diri manusia dan memulai renungan di dalam damadhi, maka kepribadian seorang Buddha itu dapat dilihat. Isi kepribadian Buddha adalah kekosongan yang berati kosong dari setiap ciri-ciri khusus. Jalan satu-satunya bagi mendekati kebenaran terakhir itu melalui Samadhi:
Tathagatha-meditation yaitu cara Samadhi dari Buddha Gautama, mempergunakan kodrat-kodrat renungan.
Patriarcahal-meditation yaitu cara Samadhi yang diajarkan Bhiksu Bodhidharma meniadakan pemikiran dan memusatkan kesadaran rohani guna mencapai kepribadian Buddha.
f.       Aliran Chen-yen
Chen-yen bermakna kata benar. Aliran ini berpendirian bahwa alam semesta ini berisikan 3 misteri yaitu pikiran, ucapan, perbuatan.
Tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan agama Buddha di Cina:
a.       Kumarajiva (344-413M)
Kumarajiva dilahirkan di kara shard an tidak lama setelah itu ibunya memeluk agama Buddha dan menjalani kehidupan suci menjadoi Bhikkhuni. Dia mempunyai guru. Sejak berusia 9 tahun dia dibawa ibunya ke kasmir untuk belajar kitab-kitab dan filsafat agama Buddha. Dia juga mempunyai guru (Budhudatta) yang menganut pandangan Mahayana. Dengan penetahuan yang luas dan mendalam tentang filsafat aliran-aliran Buddha dan penguasaan terhadap bahasa Sansekerta maupun Cina.
b.      Paramatha (513-569M )
Adalah seorang sramana yang berasal dari suatu pendidikan agama Buddha dengan bahasa sankerta Paramatha juga menerjemahkan kitab-kitab sanskreta kedalam bahasa Cina.
c.       Bodhidarma (wafat tahun 528/536)
Bodhidarma pergi ke Cina bertujuan untuk memperkenalkan system filsafat. Filsafat Bodhidarma yaitu filsafat kekosongan (sunyata) dan sunyata tidak dapat dibandingkan dengan apapun juga. Aliran Bodhidarma ini berkembang sesuai dengan perubahan-perubahan dengan keadaan.
d.      Huan-Tsang (602-664M)
Huan-Tsang merupakan seorang penulis sejarah maupun penerjemah kitab-kitab Sankerta kedalam bahasa Cina. Huan-Tsang menerjemahkan dengan cara bebas untuk menerjemahkan hal yang dimaksud, meniadakan pengulangan-pengulangan dan memberikan tambahan.
e.       Bodhiruci ( 571-727M)
Nama asli Budhiruci adalah Dharmaruci. Arti kata yang mengandung dari masing-masing nama tersebut adalah cinta-Dharma menjadi cinta pengetahuan. Bohiruci mempelajari beberapa ilmu pengetahuan se[erti astronomi, ilmu bumi dan agama serta menjadi Bhikkhu setelah mempelajari ilmu tersebut dan samsara hidupnya dia membaktikan dirinya untuk menerjemahkan kitab-kitab agama Buddha. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar