jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Rabu, April 18, 2012

KETERLIBATAN SOSIAL BUDDHISME DALAM MASYARAKAT THAILAND



ENGAGED BUDDHISME

A.    Pendahuluan
Buddhisme yang dipandang oleh kebanyakan orang adalah agama yang mementingkan indiviualisme. Akan tetapi, keterlibatan sosial Buddhisme dalam masyarakat itu penting. Secara alamiah, manusia tidak dapat hidup secara individu dan harus bersosialisasi dengan sekitar. Pandangan mengenai keterlibatan sosial Buddhisme dalam masyarakat ada dua. Pertama, menyatakan bahwa keterlibatan sosial Buddhisme dalam masyarakat sudah ada sejak jaman Buddha. Peryataan tersebut banyak dikemukakan oleh cendekiawan Buddhis. Kedua, keterlibatan sosial Buddhisme tidak ada dalam sejarah Theravada, Mahayana, dan Vajrayana, tetapi dibentuk oleh umat Buddha modern untuk memecahkan masalah sosial pada zaman modern. Pandangan kedua dikemukakan oleh para sarjana barat.
Keterlibatan sosial Buddhisme dalam hal ini digunakan untuk memecahkan masalah sosial, seperti; ketidakadilan, kekerasan dalam lingkungan, ekonomi, politik, dll. Penyelesaian masalah sosial dikemukakan oleh dua orang bhikkhu dari Thailand yang menjelaskan tentang keterlibatan sosial Buddhisme, yaitu; Bhikkhu Dhammadasa dan Bhikkhu Phra Brahmagunabhorn. Kedua pandangan berbeda mengenai keterlibatan sosial masyarakat Thailand dan secara luas juga menyangkut masalah di dunia. Demikian peper yang penulis ajukan untuk membahas mengenai keterlibatan sosial buddhisme menurut dua orang Bhikkhu terkenal di Thailand.
B.     Pembahasan
1.      Pandangan Bhikkhu Dhammadasa.
Bhikkhu Buddhadasa adalah pendahulu bhikkhu Thailand yang percaya bahwa keterlibatan buddhisme secara sosial adalah dasar asli dari Agama Buddha. pandangan Buddhadasa didasarkan pada konsep Idappaccayata. Idappaccayata adalah hukum yang saling bergantung. Tidak ada orang, hal, bagian, element, atau partikel yang berdiri sendiri, kesemuanya saling bergantung satu sama lain. Mulai dari partikel sampai alam semesta, semuanya saling bergantung.
Menurut Buddhadasa sosialisme digunakan dalam etika bermasyarakat yang berlainan dengan egoisme. Sosialisme berhubungan dengan masyarakat dan kepentingan masyarakat. Buddhadasa memberi contoh pada sifat Bodhisatva yang suka menolong orang lain, bahkan mengorbankan dirinya untuk masyarakat.
Buddhadasa menjelaskan bahwa dhamma atau hukum alam memiliki tujuan sosial (sosialisme dhamma). Tidak ada keberadaan secara bebas dan berdiri sendiri, karena segala sesuatu di alam semesta saling bergantung sesuai dengan hukum alam. Seseorang hidup bersama dalam suatu masyarakat dan saling berbagi manfaat, termasuk mengikuti tujuan sosial. Buddhadasa berpendapat bahwa individualisme dan konsumerisme tidak mengikuti kehendak alam. Konsumerisme menjadi paham yang tidak mengikuti jalan tengah (hasta arya magga).
2.      Pandangan Bhikkhu Phra Brahmagunabhorn.
Phra Brahmagunabhorn (PA Payutto) juga salah satu Bhikkhu thailand yang mengambil keterlibatan sosial buddhisme sebagai konsep dasar buddhisme. Phra Brahmagunabhorn menjelaskan mengenai keterlibatan sosial buddhis dalam masyarakat melalui sila dan vinaya. Sila dan vinaya difokuskan kepada individu agar menjadi lebih baik. Dengan demikian, seseorang yang baik akan mempengaruhi kehidupan masyarakat yang baik. Lingkungan masyarakat dimulai dari individu.
Phra Brahmagunabhorn memberikan penyajian yang berbeda mengenai keterlibatan sosial buddhisme melalui sila dan vinaya. Sila adalah sistem yang mengontrol kehidupan eksternal manusia, ekspresi lisan maupun fisik, dan tatanan hubungan dengan orang lain dan lingkungan, terutama hubungan sesama manusia, dengan demikian, memungkinkan pengaturan yang tepat untuk kegiatan sosial, kondisi kehidupan, dan lingkungan masyarakat yang mendorong mereka untuk melakukan perbuatan yang lebih baik.
C.     Kesimpulan.
Buddhadasa dan Phra Brahmagunabhorn setuju bahwa keterlibatan sosial Buddhisme adalah konsep asli dalam Buddhisme. Pandangan Phra Brahmagunabhorn didasarkan pada ajaran sila atau vinaya, Buddhadasa didasarkan pada ajaran “Idappaccayata” atau ajaran yang saling bergantung. Buddhadasa menfokuskan secara mendalam keterlibatan sosial buddhisme pada hukum alam karena hukum ini mau tidak mau menentukan hubungan sosial dalam agama buddha. sedangkan untuk pandangan Phra Brahmagunobhorn, keterlibatan sosial buddhisme didasarkan pada sila dan vinaya yang berkaitan dengan aturan-aturan sosial. Phra Brahmagunabhorn tidak memfokuskan sebagaimana jauh ke dalam hukum alam seperti Buddhadasa. Meskipun demikian, Phra Brahmagunabhorn menerima bahwa Sang Buddha menentukan aturan disiplin dari sila atau vinaya dari pengetahuannya, menembus melalui hukum alam, dan memperoleh hukum itu untuk menetapkan sistem sosial. Namun, Phra Brahmagunabhorn tidak menegaskan ada sosialisme dalam dhamma atau hukum alam sebagaimana yang disampaikan oleh buddhadasa. Menurut penulis sendiri, hubungan dan keterkaitan sosial buddhisme dalam masyarakat sudah tertera pada Sigalovada Sutta. Berisikan tentang hubungan sesama manusia dan lingkungan.
Referensi
Vutthikaro, Samboon. 2010. Global Recovery: The Buddhist Perspective. The Concepts of Socially Engaged Buddhism in Thailand. Thailand: Mahachulalongkornvidyalaya University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar