INTISARI PRAJNA PARAMITA SUTRA
Prajna Paramita termasuk sutra yang paling tua dan paling fundamental dari semua sutra yang berkenaan dengan kekosongan, yang dikembangkan dari teori sebab-akibat yang ada dalam agama Buddha awal. Prajna Paramita Hrdaya Sutra merupakan salah satu Sutra yang terkenal dalam umat Buddha Mahayana dan yang paling pendek. Terjemahan Sutra ini dalam bahasa Indonesia dikenal nama Sutra Hati atau Shin Cing (Mandarin). Yang Maha Suci Sang Avalokitasvara sedang membina Samadhi Kebijaksanaan Sejati untuk mencapai pantai seberang (nirvana). Dalam pengamatan bathinNya, Beliau melihat dengan jelas, bahwa lima kelompok kegemaran (Panca-Skhanda) itu sebenarnya adalah kosong (Sunyata).
Dengan pencapaian meditasiNya ini, maka Sang Avalokitesvara telah terbebas dari segala sumber sengsara dan derita. Bahwa Wujud (rupa) tidak bedanya dengan kosong (sunyata), dan kosong (sunyata) juga tidak berbeda dengan wujud (rupa). Maka wujud pada hakekatnya adalah kosong dan kosong adalah wujud. Demikian pula halnya dengan perasaan, pikiran, keinginan, dan kesadaran. Kekosongan dari semua benda tidak terlahirkan, tidak termusnahkan, tidak ternoda, tidak bersih, tidak bertambah, ataupun tidak berkurang. Oleh sebab itu dengan kekosongan maka tiada berwujud tiada perasaan, pikiran, keinginan, dan kesadaran, tiada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran, tiada wujud, suara, bau, rasa, sentuhan dan gambaran pikiran, tiada alam penglihatan sampailah tiada alam kekuatan pikiran dan kesadaran.
Tiada timbul awal kebodohan (avijja) maupun tiada timbul akhir kebodohan, hingga usia dan kematian, tiada timbul akhir usia tua dan kematian. Tiada timbul derita (Dukha), lautan derita (samudaya), pelenyapan derita (Nirodha), dan jalan kebenaran (Marga), tiada timbul kebijaksanaan, maupun tiada timbul yang dicapai. Karena tiada yang dicapai, maka Bodhisattva mengandalkan Kebijaksanaan Sejati untuk mencapai pantai seberang, oleh sebab itu hati nuraninya telah terbebaskan dari segala kemelekatan dan halangan. Karena tidak ada lagi kemelekatan dan halangan, maka tidak ada rasa takut dan khawatir, dan dapat terbebas dari ilusi dan keterperdayaan, dengan demikian dapat mencapai Kesempurnaan Sejati. Inilah yang dilaksanakan para Budha di masa lampau, sekarang, dan yang akan datang dalam Maha Prajna Paramita Hridaya Sutra (Sutra Hati).
Referensi :
v http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.dharmaweb.org/index.php
v Suzuki Beatrice, Lane.2009. Agama Buddha Mahayana.Karaniya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar