MENCIPTAKAN KETENANGAN
DENGAN MELAKSANAKAN METTA BHAVANA
1.LATAR BELAKANG
Beberapa tahun belakangan ini, negara kita banyak mengalami masalah baik masalah nasional maupun internasional yang membuat negara kita terpuruk. Lingkungan kita juga mengalami permasalahan baik masalah dari alam itu sendiri atau masalah yang dibuat oleh manusia. Tak lain pula dengan yang namanya manusia yang hakekatnya sebagai makhluk sosial penghuni bumi yang juga mempunyai permasalahan baik bersifat individu maupun kelompok. Permasalahan dapat menimbulkan keterpurukan dan kegagalan yang merupakan rangkaian masalah yang sangat ditakuti oleh manusia, tetapi dalam kehidupan sehari–hari kita tidak dapat memungkiri bahwa seseorang akan merasa bahwa beban hidupnya terasa sangat berat ketika pikiran tidak tenang.
Saat seseorang mengalami suatu permasalahan dalam tingkat apapun, seringkali dianggap masalah itu sebagai “penyakit” yang sebaiknya dihindari dan dijauhi, tetapi kenyataannya dalam hidup pasti selalu mengalami masalah baik masalah yang sifatnya kecil ataupun yang bersifat besar dan ketika seseorang tidak dapat menyelesaikan masalah maka hidupnya tidak tenang, ingin rasanya kita lari dari masalah tetapi tidak mungkin karena semakin kita menghindar dari masalah semakin bertambah masalah yang lain. Masalah itu seperti hantu yang mengikuti kita jika tidak kita selesaikan, hanya satu hal yang diinginkan seseorang ketika menghadapi masalah yaitu mendapatkan ketenangan, baik ketenangan yang berasal dalam diri sendiri maupun berasal dari luar. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin membahas mengenai caranya mendapatkan atau menciptakan ketenangan. Makanya dalam final paper ini penulis tertarik mengambil judul “Menciptakan Ketenangan Dengan Melaksanakan Metta Bhavana”.
2. PEMBAHASAN
Dewasa ini dunia kita dapat disebut dunia yang penuh sampah, sampah yang dimaksud adalah masalah dan persoalan. Hari ini satu masalah selesai, besok masalah yang lain muncul, bahkan satu persoalan belum juga selesai sudah muncul persoalan yang lain. Permasalahan dan persoalan seperti siklus yang berjalan tanpa henti. Emosi seringkali hadir dalam menyelesaikan permasalahan, jika tanpa persiapan yang cukup, siapapun akan mudah terperosok kedalam kondisi stress, frustasi dan sejenisnya. Ketika pikiran diliputi kegelisahan , kecemasan dan kekhawatiran, masalah kecil dapat menjadi masalah yang besar. Ketika seseorang berada dalam kondisi tersebut , hidup menjdi tak berarti. Makanan yang enak tidak dapat dinikmati. Rumah yang mahal dan mewah tidak cukup menjadi penghibur, kedudukan yang tinggi atau apa saja yang sangat dirindukan umat manusia tiba – tiba sirna ketika pikiran tidak tenang. Apalagi ketika kita masih mengingat kondisi lingkungan yang juga masih jauh dari ketenangan.
Apalagi ketika kita mengingat kondisi lingkungan yang juga masih jauh dari ketenangan. Tragedi bom, peperangan, pencurian, tawuran, kejahatan, masalah narkoba merupakan contoh–contoh buruknya keadaan lingkungan yang tidak jarang merampas ketenangan dan ketentraman hidup manusia. Mengeluh adalah salah satu hal yang paling mudah dilakukan ketika mengahadapi sesuatu yang tidak dikehendaki. Menyalahkan orang lain dan lingkungan adalah hal yang paling gampang kita kerjakan.
Manusia masih diliputi oleh 3 akar kejahatan. Ketika kita kehilangan sesuatu yang dicintai, kita seolah merasa tidak akan pernah gembira lagi. Saat keinginan yang mengalir dalam keserakahan (lobha), kalau dituruti tidak akan pernah menjadi puas. Ketika nafsu lewat mulut ini mencari kenikmatan, meskipun kita mengetahui kalau makanan berlebihan yang tidak terkendali bias membunuh kita, tetapi tetap saja kita menuruti hawa nafsu. Sedangkan dosa yang penuh prasangka, yang merupakan kotoran – kotoran yang sering kali timbul setelah berinteraksi dengan tbanyak pengalaman luar, terutama yang tidak dikehendaki. Ketika bom mengguncang negeri ini, masyarakat berlomba – lomba mengutuk para pelaku yang seolah – olah kutukan masyarakat dapat mengembalikan keadaan seperti semula, saaat diganggu atau dikasari orang lain kita memendam kebencian kepada orang tersebut. Kita terus membawa rasa sakit dan luka hati kedalam pikiran. Kegelapan batin (moha) dapat timbul ketika seseorang memperoleh kedudukan yang tinggi kebanyakan orang menjadi sombong dan angkuh.
Memang pada kenyataannya masih banyak kita melihat kehidupan orang-orang saat ini sebagian manusia yang ingin mendapatkan kebahagiaan atau ketenangan yang tetapi masih dicengkeram oleh Keserakahan (Lobha), Ketidaktahuan (Avijja) atau kebodohan (Moha) masih tersebar dimana-mana. Jika kita tebawa pikiran kita dengan akar – akar kejahatan maka kita akan kehilangan keyakinan. Begitu hebatnya pengaruh pikiran yang tidak terpelihara, selama Lobha, Dosa dan Moha belum musnah dari dalam diri kita, maka selama itu pula kita merasa tidak akan pernah terpuaskan. Pikiran yang dinodai keserakahan, kebencian dan kegelapan batin inilah yang terus menerus mengganggu ketenanagan seseorang, yang akhirnya hanya meninggalkan jejak kecemasan, kegelisahan, dan kekhawatiran. Sang Buddha menyatakan “pikiran itu sangat sulit dikendalikan, bergerak sangat cepat, menuju kemana ia mau pergi, tetapi melatih pikiran adalah baik pikiran yang terkendali akan membawa kebahagiaan”(Dhammapada, 35). Selagi pikiran, ucapan, serta perbuatan tidak terjaga dengan baik selama itu pula kejahatan akan terus ada. kita harus bisa membuktikan apa yang telah Buddha ajarkan, sebenarnya semua murid sang Buddha sama-sama mempunyai dasar yang sama untuk menemukan kebahagiaan yang hakiki dengan jalan yang benar. Maka dari itu kita hendaknya mempunyai suatu tujuan yang bisa memberi manfaat serta makna dalam kehidupan kita saat ini maupun kehidupan kita yang akan datang
Prinsip atau solusi kita untuk dapat hidup dengan bijaksana:
1. Lakukanlah penyadaran dalam diri kita sendiri Pertama-tama kita harus mengerti tentang Tiratana; Buddha, Dhamma dan Sangha. Karena ketiganya adalah tempat perlindungan yang sejati didalam agama Buddah,, dimana seseorang akan merasa aman didalamnya. Dalam hal ini kita wajib menuntun diri kita serta mengontrolnya demi terwujudnya suatu kondisi yang benar-benar memungkinkan untuk kita pahami, dasarnya adalah Kesadaran/perhatian (Sati). Setelah kita mampu mengontrol diri menjadi baik, maka kejujuran dan kebaikan akan muncul. Disamping itu pula kita akan tentram dan terbebas dari rasa kekhawatiran dan ketakutan. Tidak ada suatu tindakan yang agresif yang akan mencelakakan, sehingga tidak akan ada lagi ketakutan muncul. Ini adalah bentuk dari kebahagiaan, hampir sama dengan keadaan surga, walaupun saya belum pernah melihatnya tetapi saya yakin dan percaya bahwa keadaan surga sangat tenang dan damai. Itulah pentingnya berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha atas penyadaran diri kita, sehingga kita tidak akan menciptakan suatu keadaan yang semakin memperburuk hidup kita.
2. Hadapilah kenyataan hidup ini dengan mental yang sehat.
Selama kita masih merasakan suatu hal yang kita anggap kurang memuaskan dan membahagiakan, anggaplah itu sesuatu yang wajar. Memang dalam kenyataannya keadaan hidup kita tidak selalu stabil seperti yang kita harapkan, selalu berubah-ubah dan selalu dipengaruhi oleh Anicca, Dukkha dan Anatta. Itulah sifat alami hidup kita, selama kita tidak bisa mengendalikan diri kita maka hal itu akan selalu membuat diri kita dalam keadaan tidak sadar. Bergegaslah untuk menyadari semua itu, banyak hal yang penting yang harus kita pilih, misalnya; pola pikir, pola nilai dan sebagainya. Tidak ada seorangpun yang bisa menentukannya terkecuali diri kita sendiri. Itulah sebabnya kita harus berusaha menciptakan suatu pikiran yang sehat agar tidak larut dalam keadaan takut dan kawatir. Berusahalah dengan kemampuan yang ada, agar segala ketakutan dan kekwatiran tidak terus-menerus membelenggu diri kita.
3. Kendalikan semua emosi-emosi yang akan muncul.
Pada saat keinginan kita akan muncul, sadari itu dan jangan biarkan keinginan itu mempersulit pekerjaan-pekerjaan kita. kita perlu mengendalikannya. Jangan malah kita mengikuti perasaan-perasaan yang sering muncul. Cara untuk mengatasi situasi seperti ini menurut saya bukan lari atau menghindar dari keadaan itu, tetapi kita harus berusaha untuk menciptakan suatu keadaan yang tenang. Lihat, tidak peduli dimana saja, siapa saja apabila emosi itu dibiarkan maka akan mengakibatkan suatu keadaan menjadi buruk. Kalau kita sendiri yang merasakannya, saya yakin kita sendiri pula yang bisa mengendalikannya. Dan itu semua tergantung kita sendiri, selagi kita masih tetap diam untuk membiarkan emosi-emosi itu muncul maka kita sendiri pula yang merasakannya.
4. Ciptakan pola pikir yang bisa menunjang hidup yang benar.
Salah satunya adalah mengambil suatu inisiatif yang benar-benar mampu merubah sifat-sifat kita yang masih pasif. Serta berusaha untuk berusaha untuk menyayangi orang lain dan mengabdikan diri bagi masyarakat disekitar kita supaya perbuatan kita bisa menciptakan sesuatu yang bisa memberikan tujuan dan makna kepada kita. Tolonglah mereka yang membutuhkan pertolongan, berusahalah menghibur mereka yang sedang bersedih dan bantulah mereka dengan niat yang baik yang tanpa embel-embel ataupun pamrih dibalik semua itu.
Kebaikan itulah yang akan menjadi modal terbesar kita untuk meraih cita-cita luhur kita nantinya. Kita tidak membeda-bedakan suku, ras, derajat maupun yang lainnya. Tetapi kita hanya membutuhkan suatu kesadaran, niat yang tulus dan tekad yang kuat untuk melakukannya, tidak ada suatu istilah terlambat untuk melakukan semua ini. Begitu banyak orang-orang menjalani hidup ini tanpa makna sama sekali, mereka separuh terlelap, bahkan meskipun mereka sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang menurut mereka penting, hal ini terjadi karena mereka sedang menuju sasaran-sasaran yang salah. Satu-satunya cara yang paling tepat adalah memahami, mengerti dan melihat akan keadaan ini, karena keadaanlah yang merupakan suatu realitas kehidupan yang paling tinggi didunia ini. Bagi kita yang percaya akan Dhamma serta didorong keyakinan yang kuat, jalankan dhamma dengan sungguh-sungguh sehingga kita akan menikmati hasilnya. Dan barang siapa yang mengabaikan Dhamma silahkan pertahankan sifat-sifat itu. Dan apabila mereka masih terus-menerus bersikeras mempertahankan sifat itu maka mereka tidak akan merasa bahagia dan tidak puas akan keadaan ini. Diumpamakan seorang yang berlindung disuatu tempat yang salah, seperti seorang yang ingin menyebrang dari sebuah lautan tetapi dia hanya berdiri ditepi dan mengharapkan daratan ditepi laut datang menghampirinya, tanpa ada usaha atau tekad untuk menyeberang. Tetapi jika seseorang ingin menyeberangi sebuah lautan tentunya dia butuh kekuatan dan tekad yang kuat dengan menggunakan sesuatu yang dapat digunakan untuk menyebranginya.
Sebagai murid Sang Buddah yang baik kita harus bisa mengambil suatu kebijakan yang arif dan bijaksana dalam berlindung. Kita tidak hanya percaya dan berharap tetapi pergi dan mencari tempat perlindungan yang aman serta bisa memberikan suatu keadaan damai dan bahagia baik lahir dan batin. Buddha bersabda; dengan munculnya keyakinan maka seseorang akan bergaul dengan orang-orang bijaksana, kepada siapa ia memberikan telinganya dan mendengarkan nasehatnya (Dhamma) lalu ia mengingatnya, meniliti maknanya dan menemukan kebenarannya, maka didalam dirinya akan muncul keinginan untuk mempraktekkannya dan ia akan berlatih, mengkaji ulang dan terus berusaha hingga ia mengalami kebenaran tertinggi. Orang-orang yang mempunyai keyakinan yang kuat, orang tersebut akan bahagia, karena keyakinan adalah dasar dari segala-galanya. Oleh karena itu, apabila kita kita menginginkan ketenangan dan kedamaian maka berusahalah untuk menjauhkan pikiran dari noda keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Jangan sampai noda – noda tersebut menjadi penguasa dalam pikiran kita. Perjuangan yang tidak mudah memang untuk dapat melawan lobha, dosa dan moha, ibarat berhadapan dengan penjajah yang datang dari luar, penjajah keserakahan, kebencian dan kegelapan batin ini ada didalam pikiran yang setiap saat mengikuti diri kita Selain solusi – solusi diatas dan masih ada jalan lain yang dapat kita tempuh untuk mencapai dapat hidup dengan tenang yaitu dengan melaksanakan meditasi samatha bhavana dengan mengembangkan metta bhavana. Dalam pelaksanaan metta bhavana kita harus dapat mengembangkan metta untuk terhadap diri sendiri, orang yang dihormati, orang yang sangat dekat dan sangat dicintai, orang netral atau baru kenalan dan kembangkan metta juga terhadap musuh atau orang yang bersikap memusuhi. Dengan cara ini tidak ada lagi perbedaan antara kita dan orang lain, antara orang yang dicintai dan musuh kita.
Manfaat dari kita mempraktekkan meditasi metta dengan benar dan rutin, perasaan metta menjadi kuat, pikiran menjadi sejuk secara menyeluruh. Kemudian pikiran dipenuhi kegembiraan serta pikiran menjadi tenang dan damai. Ketika pikiran menjadi damai, maka banyak persoalan kehidupan yang berkurang dan kita akan tidur dengan damai dan bangun dengan damai, mimpi- mimpi kita indah, kita akan dicintai oleh para dewa dan brahmana, dan para dewa akan melindungi kita. Pikiran menjadi tenang dan wajah kita menjadi jernih dan riang. Kita akan mati debngan pikiran damai, bahagia dan akan terlahir kembali dialam brahma. Karena metta, kita akan terbebas dari nafsu keserakaha, kemarahan serta frustasi juga dapat lenyap. Kita akan terbebas dari kecemburuan dan kekikiran. Kecemasan, kerinduan, kekhawatiran, kesedihan, dan keinginan untuk menangis tidak akan muncul. Siapapun yang membenci kita akan mulai mencintai dan menunjukkan kasih saying terhadap kita. Orang–orang yang berbicara jahat mengenai kita akan mulai memuji kita dan mereka yang mencaci maki kita juga akan berbicara dengan ramah kepada kita. Mereka yang bersikap memusuhi atau musuh–musuh kita pun akan menjadi sahabat –sahabat kita. Sebagai hasil dari praktek metta, usaha kita akan menjadi sukses dan kita dapat menanggulangi kesulitan–kesulitan dan karena metta orang–orang akan mempercayai dan menghormati kita.
Kesimpulan
Dengan datangnya kegagalan seseorang akan dituntut untuk benah diri. Negara jepang misalnya, negeri yang sekarang menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia ini dulu pernah mengalami permasalahan yang sangat paragh ketika rakyatnya mengalami trauma yang amat sangat karena hancur-lebur nya kota Hirosima dan Nagasaki. Tetapi dengan belajar dari pengalaman pahit itu kemudian memotivasi diri dengan keyakinan, mengendalikan diri, penuh semangat, banyak belajar dan bersikap bijak, jepang menjadi sebuah Negara yang benar–benar diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Memang kita hidup didunia pasti mengalami suatu permasalahan tetapi suatu permasalahan dapat kita selesaikan dengan sikap yang bijak dank arena permasalahan dapat timbul karena kita masih diliputi oleh nafsu keinginan maka dari itu kita harus dapat mengalahkan nafsu–nafsu keinginan tersebut dengan kita melaksanakan meditasi dengan mengembangkan metta kepada semua makhluk. Dari manfaat melaksanakan metta bhavana yang telah kita bahas kita mengetahui bahwa ketika nafsu–nafsu indera dapat dikendalikan, moral atau sila seseorang dapat dijaga sehingga seseorang konsentrasi atau meditasi dapat dijalankan dengan baik dan benar dan kebijaksaan dapat dikembangkan, seperti ungkapan Sang Buddha “ia yang hidup sesuai Dhamma akan bahagia dengan pikiran yang jernih dan tenang” (Dhammapada, 79). Pada saat seseorang sudah dalam keadaan tenang ketika menghadapi masalah akan menghadapinya dengan bijaksana dan dapat hidup dengan bahagia lahir dan batinnya.
Referensi :
· Saccadhammo. 2006. Menimba Kearifan Di Keseharian. Jakarta: Vihara Metta.
· Rinpoche, Gehlek. 2005. Damai dalam Hidup Mati dalam Damai. Palembang: Yayasan Svarnadipa Sriwijaya.
· Indaka, Sayadaw. 2005. Serba – serbi Metta. Klaten: Wisma Sambodhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar