jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Kamis, November 10, 2011

mengatasi kebosanan dengan metode sosio drama bagi siswa sekolah minggu buddhis

A.  Latar Belakang
Kebosanan merupakan perasaan yang dapat muncul dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Kebosanan merupakan masalah yang sebaiknya dicegah, bahkan bila perlu dihilangkan, karena kebosanan akan mengganggu aktivitas yang sedang dikerjakan. Kebosanan dapat menghambat kerja otak yang responsif menjadi tidak renponsif dan terkadang menolak rangsangan yang ada. 
Seorang siswa Sekolah Minggu Buddhis (SMB) tingkat Sekolah Dasar (SD) tidak luput dari timbulnya kebosanan. Kebosanan dapat muncul melalui dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. Kebosanan yang timbul dari dalam diri siswa misalnya sebelum berangkat SMB sudah punya niat untuk tidak berangkat SMB dan lebih mementingkan untuk bermain. Sedangkan kebosanan dari luar diri siswa misalnya sudah berangkat SMB tetapi ketika sendang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selalu diganggu oleh teman yang usil.  Jadi kebosanan yang dialami siswa SMB saat berlangsungnya KBM akan dapat mengganggu guru pembina SMB dalam usaha mencapai tujuan belajar, sehingga dibutuhkan adanya solusi untuk mengatasi kebosanan yang dialami siswa SMB, khusunya tingkat SD. Karena pada dasarnya tingkat SD merupakan masa-masa dimana anak-anak sedang mencari jati diri. Oleh sebab itu dibutuhkanya suatu solusi yang diharapkan dapat mencegah dan menlenyapkan kebosanan. Solusi untuk menlenyapkan kebosanan siswa SMB tingkat SD dalam menerima materi yaitu dengan menganti metode pembelajaran.
Dalam mencari solusi permasalahan kebosanan siswa SMB tingkat SD saat KBM, penulis mengambil Metode Pembelajaran Sosiodrama sebagai salah satu pemecahan masalah kebosanan. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Cara Mengatasi Kebosanan Siswa Sekolah Miggu Buddhis (SMB) Tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan Metode Sosiodrama”. Kebosanan yang dimaksud adalah kebosanan yang timbul dalam kelas saat berlangsungnya KBM. Penulis mengaharapkan, paper ini dapat memberikan solusi kepada guru pembina SMB dalam mengatasi atau mencegah kebosanan yang timbul dalam diri siswa SMB saat proses pembelajaran berlangsung.
B.  Pembahasan
Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan anak-anak yang sangat gemar untuk bermain. Suryabrata (2005: 206) menyatakan bahwa anak-anak pada masa SD gemar membentuk kelompok untuk bermain bersama, mereka tidak terikat peraturan-peraturan permainan yang ada, melainkan membuat peraturan sendiri. Sifat  siswa SD tersebut menyebabkan kendala tersendiri bagi guru untuk menjadikan suasana kelas yang menyenangkan tetapi tetap mengarah pada materi pelajaran.
Siswa belum mengerti pentingnya belajar, karena pola pikir mereka masih ingin terus untuk bermain. Sikap siswa tersebut akan menyulitkan guru dalam menyampaikan materi. Jika guru salah menggunakan metode dalam kegiatan belajar mengajar, maka akan menyebabkan kebosanan di dalam diri siswa Sekolah Minggu Buddhis (SMB).
Kebosanan yang muncul dalam diri siswa SMB tingkat SD dapat juga disebabkan penyampaian materi oleh guru yang tidak menarik dan tidak dapat membuat siswa aktif atau siswa merespon materi yang disampaikan. Selain itu, Materi yang disampaikan oleh guru pembina SMB juga tidak disukai oleh siswa, hal ini juga yang menjadi pemicu timbulnya kebosanan pada diri siswa. Kurang ketertariknya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMB menyebabkan motivasi di dalam diri siswa untuk mengikuti KBM menjadi kurang, bahkan tidak ada. Kurangnya motivasi dalam diri siswa akan membuat siswa SMB mudah merasa bosan.
Kebosanan yang dialami siswa akan berdampak pada KBM dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dampak pada KBM diantaranya siswa tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Siswa akan melakukan tindakan-tindakan yang membuatnya merasa nyaman untuk tetap berada di kelas selama KBM sedang berlangsung. Tingkah laku tersebut misalnya; siswa membuat corat-caret dikertas, berbicara dan bercanda dengan teman duduk di sebelahnya, menggambar, bermain uang logam, lari-larian, dan tidur-tiduran. Tingkah laku tersebut menjadi masalah, karena akan mengganggu siswa yang lain dalam menerima dan memahami materi yang di sampaikan. Maka dari itu, tujuan pembelajaran yang dikehendaki guru pembina SMB tidak mungkin akan tercapai.

Guru sebagai koordinator kelas dalam proses KBM, memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di kelas. Guru harus cepat tanggap terhadap situasi kelas yang tidak kondusif. Guru hendaknya segera mencari metode yang tepat agar siswa tidak larut dalam suasana yang tidak kondusif, yang akhirnya membuat siswa bosan. Metode pembelajaran menurut Maritis (2008:145) merupakan “bagian dari strategi intruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.”  Oleh karena itu, salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi kebosanan siswa dalam KBM adalah metode sosiodrama. 
Metode sosiodrama adalah suatu metode dimana siswa SMB dilibatkan untuk memerankan tokoh-tokoh dalam suatu materi. Menurut Zain (2006:88) metode sosiodrama atau role playing yaitu “proses penyampaian materi yang mana siswa mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial”. Karena dengan siswa mendramatisasikan sebagai salah satu tokoh, biasanya siswa SMB akan lebih mudah untuk merekam serta merespon mengenai materi yang disampaikan, sehingga apa yang menjadi tujuan dari dari KBM akan tercapai.
Metode sosiodrama dapat dilakukan oleh guru Pembina SMB dengan cara menyediakan teks drama atau percakapan untuk diperankan oleh siswa SMB. Untuk dapat memerankan tokoh-tokoh dalam cerita, seorang guru pembina SMB dapat dengan cara menunjuk beberapa siswa SMB atau dengan membuat undian untuk memerankan beberapa tokoh.
Metode sosiodrama dapat digunakan sebagai usaha untuk mengatasi atau mencegah kebosanan pada siswa saat proses KBM. Dalam pelaksanaan metode sosiodrama, guru Pembina SMB dapat berlaku sebagai fasilitator, karena guru mempunyai peranan penting dalam mengelola dan mengatur kelas. Metode sosiodrama juga dapat digunakan untuk membuat suasana kelas menjadi akrab, lebih mengenal satu sama lain, dan mengetahui bakat dari masing-masing siswa SMB. Suasana akrab dan menyenangkan akan bermanfaat dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, dikarenakan:
1)   Siswa akan merasa senang mengikuti kegiatan SMB, sehingga tidak merasa bosan dan lelah.
2)   Guru lebih mudah dalam melakukan pendekatan terhadap siswa SMB.
3)   Tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai secara optimal karena siswa SMB terlibat secara aktif.

C.  Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa, kebosanan dapat dialami siapa saja, tanpa kecuali seorang siswa Sekolah Minggu Buddhis (SMB). Kebosanan siswa SMB dapat disebabkan oleh faktor dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa SMB. Kebosanan siswa SMB apabila tidak diatasi akan mengganggu kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Oleh karena itu, sebagai seorang guru pembina SMB sebaiknya harus cepat tanggap terhadap situasi kelas untuk dapat mengatasi masalah kebosanan yang timbul dalam diri siswa SMB.
Berkaitan dengan cara mengatasi kebosanan pada diri siswa SMB, guru pembina SMB diwajibkan untuk kreatif dan dapat mengelola kelas dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar. Guru pembina SMB yang kreatif harus memiliki metode pengajaran yang menyenangkan, salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa senang, tidak cepat bosan dan membuat siswa SMB aktif adalah metode pembelajaran sosiodrama. Metode pembelajaran sosiodrama dapat berupa drama dan percakapan.

Referensi :
Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jambi:GP Press.
Sadiman, Arief. 1984. Media Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar