NIDANA SAMYUTTA
Oleh : Sang Buddha
Kepada : 500 Bhikkhu
Inti sutta : Prinsip-prinsip pengondisian dan saling bergantungan (Paticcasamuppada)
Latar belakang :
Pembahasan :
Kata nidana berarti penyebab atau sumber. Kata tersebut dipakai untuk sutta terpanjang didalam nikaya tentang paticcasamuppada, mahanidana sutta. Sebab akibat yang saling bergantungan merupakan salah satu ajaran pokok dalam buddhisme awal, begitu pentingnya bagi ajaran sebagai suatu keutuhan sehingga sang Buddha dikutip disuatu tempat mengatakan, “ Orang yang melihat sebab akibat yang saling bergantung melihat dhamma, dan orang yang melihat dhamma melihat sebab akibat yang saling bergantungan “. Tujuan tertinggi dari ajaran tentang sebab akibat yang saling bergantung adalah menyikap kondisi-kondisi yang menopang lingkaran kelahiran kembali, samsara, untuk menunjukan apa yang harus dilakukan agar mrmperoleh pembebasan dari lingkaran tersebut.
1. Pancaverabhaya sutta
Sang Buddha menentukan criteria untuk menilai status pencapaian bhikkhu yang mulia. Jika seorang bhikkhu telah terbebas dari 5 bahaya yang muncul; jika dia sudah mantap didalam pencapaian seorang sotapanna ; dan jika ia memiliki pengetahuan analisa yang luas tentang paticasamuppada, maka pastilah dia memiliki masa depan yang bahagia, karena tidak ada lagi bahaya untuk terlahir dialam penderitaan yang sengsara dan pasti maju lebih jauh didalam kehidupan suci.
2. Puttamamsupama sutta
Dijelaskan bahwa empat makanan, ahara, merupakan “kondisi-kondisi” yang diperlukan untuk kehidupan dan kelangsungan mahluk :
i. Makanan materi biasa (kabalikarahara)
ii. Kontak organ indra (phassa) dengan obyek indra
iii. Kesadaran (Vinnana)
iv. Kehendak atau kemauan mental (manosancetana)s
3. Susima Paribbajaka Sutta
Menjelaskan tentang petapa kelana anggota sangha sang Buddha bernama Susima, yang masuk dalam anggota sangha dan memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan kesaktian. Namun ia merasa kecewa karena mengetahui bahwa para arahat tidak memiliki kesaktian supranatural, maka dia menghampiri sang Buddha dan bertanya bagaimana mereka dapat mencapai tingkat arahat apabila mereka tidak memiliki kekuatan supranatural. Kemudian sang budhha menjelaskan bahwa pembebasan mereka terjadi lewat pengetahuan kebijaksanaan murni yang bukan berhubungan dengan pencapaian jhana. Karena hanya melalui meditasi vipassana bhavana mereka telah melihat sifat sejati nama dan rupa yang diikuti oleh realisasi Nibbana melalui Magga Nana.
4. Cankama sutta
Ketika sang Buddha sedang berdiam dibukit gijjhakuta dirajagaha beliau menyuruh para bhikkhu memperhatikan pemandangan diluar, dimana para siswa senior beliau sedang berjalan-jalan dengan diikuti kelompok pengikutnya masing-masing. Beliau berkata “ Wahai para bhikkhu, para bhikkhu yang berada dibawah kepemimpinan Bhante Sariputta semuanya bijaksana. Mereka yang mengelilingi bhante Maha Moggallana semuanya mantap dengan kesaktian supranatural. Para bhikkhu yang dipimpin bhante Anuruddha semuanya memiliki kesaktia mata dewa. Bhante punna dan para pengikutnya ahli mengajarkan Dhamma. Bhante Upali dan para pengikutnya ahli dalam peraturan disiplin vinaya, sedangkan para bhikkhu dibawah pimpinan bhante Ananda terkenal karena pengetahuan mereka dibanyak bidang. Sebaliknya Devadatta dan para pengikutnya terkenal karena cara-cara pikiran dan keinginannya yang jahat. Wahai, para bhikkhu para mahluk dikelompokkan sesuai dengan kecenderungan alaminya.
5. Candupama Sutta
Disamyuta ini sang Buddha menetapkan aturan prilaku bhikkhu dengan memberikan contoh rembulan. Seperti halnya rembulan memancarkan sinarnya secara sama rata kepada setiap benda atau menusia, demikian pula seorang bhikkhu seharusnya memperlakukan setiap orang tanpa membedakan tua atau muda, tanpa menunjukan rasa lebih suka kepada orang tertentu dan tidak kasar pada siapapun. Ia harus bersikap hormat, rendah hati dan lembut. Dhamma harus diajarkan dengan kasih sayang dan pikiran yang murni sehingga Dhamma yang indah pada awalnya, indah ditengah, dan indah diakhirnya, dapat didengar, dipahami dan dipraktekkan oleh pendengarnya.
6. Saddhammappatirupaka Sutta
Dalam samyutta ini Sang Buddha memberikan garis besar tentang kondisi-kondisi yang menyebabkan mundurnya ajaran dan kondisi-kondisi yang menyebabkannya berkembang. Sang Buddha memberikan khotbah ini untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bhante Maha Kassapa mengapa dimasa lalu ketika hanya ada sedikit peraturan disiplin yang dietapkan oleh Sang Buddha, banyak sekali orang yang menjadi arahat; sementara sekarang peraturan disiplin telah banyak bertambah, tetapi hanya sedikit yang mencapai tingkat arahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar