jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Rabu, Februari 29, 2012

The Buddhist Doctrine of Anatta

A. Pendahuluan
     Setiap orang memiliki rasa keakuan yang sangat tinggi sehingga dapat mengantarkan pada penderitaan. Banyak umat Buddha salah persepsi tentang konsep anatta atau tanpa aku, sehingga perlu kita mengerti arti dari anatta ini agar kita dapat merefleksikan apa yang dapat kita dapat dari konsep anatta. Agama Buddha memiliki keistimewaan yang membedakan dengan agama lain. Hal ini dikarenakan adanya ajaran atau doktrin yang mengajarkan tentang Anatta. Ketika agama-agama selain Buddhis mengajarkan tentang adanya atta atau diri atau jiwa yang kekal, Agama Buddha berpandangan bahwa segal sesuatu adalah anatta atau tanpa aku.
B. Pembahasan
    1. Pengertian Anatta.
       Kata Anatta yaitu berasal dari kata An yang berarti tanpa dan atta yang berari diri, aku. sehingga arti kata anatta yaitu tanpa aku. Corak yang menimbulkan pengertian bahwa bentuk-bentuk materi dan batin sebagi suatu "tanpa aku yang kekal" adalah disebut: anatta lakhana. Dalam khotbah Sang Buddha tentang anatta-lakhana sutta, memperlihatkan didalam diri manusia yang terdiri dari badan jasmani dan batin beserta unsur-unsurnya, tidak dijumpai adanya atta. Ajaran Sang Buddha adalah ajaran Anatta. Sang Buddha mengajarkan bahwa segala sesuatu didunia ini adalah fenomena (dhamma) yang saling berhubungan, timbul dan lenyap dibawah hukum sebab-akibat. Alam semesta ini adalah arus perubahan, pembentukan, dan penghancuran.
    2. Pandangan Agama Buddha Terhadap Anatta
    Untuk mempermudah dalam mempelajari tentang anatta maka kita perlu juga mempelajari hukum paticcasamupada (hukum sebab-akibat). Bahwa menurut Buddha Dhamma tidak ada sesuatu zat yang kekal abadi yang dapat dianggap sebagai "aku","jiwa", atau "ego" sebagai lawan dari badan jasmani, dan kesadaran (vinnana). Hal ini perlu ditekankan lagi secara khusus karena kesalhpahaman hingga kini masih saja berlangsung, yang menganggap kesadaran sebagai semacam "jiwa"dan"ego" yang bersifat kekal abadi. Mereka semua tidak kekal dan selalu berubah-ubah. Segala seuatu yang tidak kekal merupakan kelompok tilakhana. Suatu materi lenyap dan ini menciptakan kondisi untuk munculnya materi yang berikutnya dan begitu seterusnya dalam satu rangkaian sebab dan akibat. Tidak terdapat satu bagian pun yang kekal didalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh ajahn chah bahwa apa yang ada di dalam diri kita hanya merupakan suatu susunan dari elemen-elemen yang memiliki fungsi dan bekerja saling mendukung, dan penyebutan atau penamaan yang dipakai hanyalah bersifat duniawi atau dengan kata lain untuk memudahkan kita mengenal dan menyebut.
 "Seluruh tubuh tersusun dari empat elemen yaitu, tanah, air, angin dan api. ketika semua bersatu dan membentuk tubuh, kita mengatakan itu adlah pria, wanita, memberi nama, dan lain-lain, agar kita mengenali satu sama lain dengan mudah. Akan tidak ada satupun disana-hanya tanah, air, api, dan udara. jangan terikat dan bernafsu. Bila anda mencarinya, anda tidak akan menemukan apapun." (Ajahn Chah. 2004: 95)
Didalam Dhammapada dapat ditemukan tiga syair yang mempunyai arti penting dan mendasar ajaran Sang Buddha (syair no. 227, 278, 279). Syair-syair tersebut berbunyi sbb;
a) Sabbe Sankhara Anicca; Segala sesuatu yang terdiri dari paduan unsur unsur adalah tidak kekal
b) Sabbe Sankhara Dukkha; Segala sesuatu yang terdiri dari paduan unsur unsur  adalah dukkha.
c) Sabbe Dhamma Anatta; Semua dhamma adalah tanpa aku/ roh.
Dapat kita ketahui segala sesuatu adalah tanpa aku. Semua yang terjadi tidak semata-mata karena satu faktor saja tetapi dari berbagai faktor bahwa tiada diri yang membentuk dan tidak ada inti yang membentuk sesuatu. Misalnya, kita sakit karena satu sebab saja karena ada beberapa hal yang mempengaruhi misalnya kurang gizi, stress, kondisi cuaca. Keadaan tersebut tidak dapat dikendalikan karena kita bukanlah pemilik dari tubuh ini. Selain itu juga tentang partikel-partikel yang membentuk molekul-molekul, bahwa molekul molekul itu dipecah dan dicari intinya maka yang muncul adalah proton dan atom. Maka dapat dinyatakan bahwa segala sesuatu itu tidak ada inti yang menyelimuti, karena semua bentukan itu terbentuk dari untur-unsur.
     "jika anda mengerti tanpa aku maka belenggu hidup akan sirna. Anda akan damai dengan dunia ini. Ketika kita melihat keluar diri sendiri, kita tidak lagi melekat pada kebahagiaan dan kita akan benar-benar bahagia. Belajar untuk melepas tanpa perjuangan, lepaskan dengan mudah. Jadilah sesuai dengan diri anda sendiri tanpa memegang, tanpa melekat, bebas" (Ajahn Chah. 2004;94).
Bahwa yang menjadi permasalahan kita dari doktrin anatta ini adalah bagaimana agar kita tidak hanya mengunggulkan ego kita akan kemelekatan terhadap segala sesuatu karena hal sesuatu bersifat tanpa aku dan tidak kekal, dan ketika melekat pada segala hal yang tanpa aku dan yang tidak kekal, maka akan sulit kita dapatkan suatu kebahagiaan dan kedamaian.
C. Kesimpulan
     Doktrin anatta merupakan suatu doktrin yang hanya terdapat dalam agama buddha. ini mengajarkan akan ketiadaan aku, ego, diri, yang kekal dan abadi. bahwa segala sesuatu yang dialam semesta ini tidak memiliki inti yang kekal dan abadi. Untuk memahami anatta dapat dilakukan dengan pembuktian. Ini dapat dilakukan dengan seseorang melakukan latihan meditasi yang mana dengan meditasi tersebut seorang akan dapat melihat  kedalam diri dan memahami apa yang ada dalam diri dan hakekatnya. Setelah seseorang dapat memahami akan hal itu maka ia akan dapat mengetahui hakekat dari segala sesuatu.
refrensi
Majjhimanikaya (PTS), Vol 1 Majjhimanikaya hal 134.
Malalasekera. 1961. Encychlopendia of buddhism vol 1"anatta". Ceylon; the govermen of ceylon.
Ajahn Chah. 2004. Tidak ada Ajahn chah.______;________.
Kalupahana, D. J. 1986. Filsafat Buddha. Jakarta; Erlangga.
Wahyono, Mulyadi. 2002. pokok-pokok dasar agama buddha. Depag RI
Widya, Dharma K.2002. Mengenal lebih dekat anicca-dukkha-anatta. Jakarta; YDP Buddhis Nalanda.
______. 2001. Dhammapala (kitab suci agama Buddha). Jakarta; Abhi Dhamma Indonesia.
Dhammananda, Sri. 2004. Keyakinan umat buddha. Karaniya

Ethics; A Buddhist Perpective

A. Latar belakang
    Dalam kehidupan tentu adanya suatu adat kebuasaan yang baik atau etika untuk menjaga keharmonisan dengan yang lainnya. Namun, pada zaman sekarang ini banyak terjadi kasus yang mencerminkan bahwa etika saat ini dapat dikatakan buruk.  Contohnya ditelevisi yang setiap hari diberitakan tentang kasus pembunuhan, penculikan, penganiyayaan, dsb. Hal tersebut menggambarkan bahwa orang saat ini sudah tidak mempedulikan moral, etika yang ada atau dapat dikatakan sebagai kemerosotan moral.
Pembahasan
a.       1. Pengertian etika
      Kata etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berati sifat atau adat kebiasaan, atau ilmu yang baik dan apa yang buruk, tentang hal dan kewajiban moral (KBBI, 2001;309). Kedua istilah antara etika dan moral sering dibedakan penggunaannya. Istilah etika lebih menunjuk pada pemikiran filsafat, sedangkan istilah moral menyangkut ajaran atau peraturan. Etika adalah fakta masyarakat, kelompok budaya atau sistem ritual yang didapat melalui belajar dari pengalaman dan menemukan fakta.
b.      2. Etika dalam Buddhisme
    Etika Buddhis merupakan pengertian umum sebagai penyelidikan dalam mengevaluasi tingkahlaku manusia, sikap, tujuan, maksud, jalan hidup, dan pendirian (Encychlopedia.144). bebrapa refrensi buddhisme sering medefinisikan etika sebagai moral, kebajikan atau perbuatan baik. Ajaran Buddha tentang sila adalah etika Buddhis atau Vinaya, petunjuk dan latihan moral yang membentuk perilaku baik. sila juga mendfinisikan sebagai berikut; dapat menunjukan sikap batin, menunjukan pengindraan yang merupakan unsur batin, menunjukan pengendalian diri, dan menunjukan tiada pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan.
 Kebajikan moral dapat digolongkan dalam berbagai kategori, yaitu;
1.       a. Pancasila Buddhis
2.       b. Atthasila
3.       c. Dasa Sila
4.       d. Patimokha
    Etika dalam Buddhisme dikembangkan sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan, yang berpuncak pada pencapaian Nibbana. Etika terkait dengan karma dan sebab akibat. Dengan moral yang baik akan menimbulkan kebahagiaan dan moral yang buruk akan menimbulkan penderitaan. Nilai-nilai etika dalam Buddhisme;
1.       Jalan mulia berusnsur delapan
Adalah pengembangan kebajikan moral yaitu; pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.
2.       Pandasila-Pancadhamma
a)      Metta-Karuna à pembunuhan
b)      Samma-Ajiva à pembunuhan
c)       Kamasamvara à pencurian
d)      Sacca à berbohong
e)      Sati-sampajanna à konsumsi makanan/minuman keras yang membuat lemahnya kesadaran.
3.       Sigalovada Sutta
Menguraikan tentang tuntutan hidup manusia bagaimana yang harusnya dilakukan. Upasika-upasika memiliki kewajiban baik kepada orang tua, guru, siswa, suami-istri, pegawa atau pekerja bawahan. Kewajiban tersebut bersifat timbal balik, saling mendukung dan membawa pda kebajikan serta kebahagiaan hidup.
C. Kesimpulan
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Etika dan Buddhisme disebut dengan sila atau vinaya untuk menciptakan kedamaian dan ketentraman. Jadi pelaksanaan etika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari agar kedamaian dan kebahagiaan dapat dirasakan karena etika sangat berkaitan dengan karma dan hukum sebab akibat dalam sejarah Buddha.
-          Malalasekera. 1961. Encychlopedia od Buddhisme Volume V. Ceylon: The Goverment of Ceylon.
-          Tim Penyusun. 2003. Materi Kuliah Agama Buddha untuk Perguruan Tinggi Agama Buddha (kitab Suci Vinaya Pitaka). Jakarta; CV Dewi Kalyana Abadi.
-          Tim Penyusun. 2005. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka.
-          Wijaya-Mukti, Khrisnanda. 2003. Wacana Buddha Dhamma. Jakarta; Yayasan Dharma Pembangunan dan Ekayana Buddhist Centre.

Selasa, Februari 28, 2012

Causality, The Three Characteristic Of Existence and Karma and Rebirth

   Buddha adalah penemu Dhamma yang dikenal dalam buddhisme, dalam Buddhisme mengandung banyak ajaran diantaranya: Kausalitas (paticcasamupada), tiga sifat keberadaan (Thilakkhana), Hukum Perbuatan (karma), dan kelahiran kembali (punarbhava). Ajaran ajaran ini merupakan pokok-pokok ajaran Buddhisme yang dikenal dan dipelajari oleh umat Buddha. Meskipun ajaran tersebut dipelajari dan terjadi pada kehidupan kita, tetapi beberapa umat Buddha belum mengerti dengan benar.
     Pengertian kausalitas yaitu menyebabkan suatu kejadian, saling menyebabkan hubungan yang bersebab akibat. Sedangkan pengertian kausalitas adalah kausal dan sebab akibat (KBBI. 2005:517), jadi hukum kausalitas adalah hukum sebab musabab yang saling bergantungan. kausalitas yang diajarkan oleh Sang Buddha pada Paticcasamupada, segala sesuatau yang akan terjadi akan mengalami sebab akibat. Rumusan;
"dengan adanya ini maka munculah itu"
"dengan munculnya ini maka muncullah itu"
"dengan tidak adanya ini maka tidak adanya itu"
"dengan lenyapnya ini maka lenyaplah itu"
pembahasan hukum kausalitas menerangkan muncul dan lenyapnya segalaa sesuatu, sebagai akibat langsung dari kausalitas ini adalah segala sesuatu didunia bersifat anicca, dukkha, dan anatta. yang biasa dikenal Thilakkhana tiga corak yang universal.
1. Anicca
    Anicca dalam Buddhisme adalah ketidakkekalanyang sudah dibuktikan sendiri (empirik). segala sesuatu mengalami timbul dan hancur/lenyap. proses perbahan ada tiga tahap yaitu muncul, berlangsung, dan padam. hal ini merupakan perubahan yang empirik atau penilaian langsung berdasarkan penyelidikan analisis. contoh kecantikan, ketampanan, kekayaan, sifat seseorang.
2. Dukkha
    Karena segala sesuatu tidak kekal maka menimbulkan ketidakpuasan. penderitaan sebenarnya disebabkan oleh adanya kemelekatan erhadap apa yang sebenarnya tidak memuaskan, sulit dipertahankan dan menyenangkan. contoh, mendapatkan nilai jelek, kekenyangan, kelaparan, sakit fisik atau batin.
3. Anatta
   kaum Upanisad beranggapadan terdapat diri yang kekal. Sang Buddha mengatakan tidak ada sesuatu yang kekal dan tidak berubah yang disebut dengan diri. Kepercayaan segala sesuatu yang kekal akan mengakibatkan seseorang menderita. Paham tentang diri yang kekal akan mengarahkan seseorang terhadap sifat keakuan. Sifat keakuan itulah yang menyebabkan nafsu keinginan yang merupakan sebab dari penderitaan. Tanpa inti yang kekal berarti bertentangan dengan ajaran kelahiran kembali, adanya tanggung jawab moral, contoh, badan jasmani.
     Kamma adalah perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan melalui ucapan, pikiran, dan badan jasmani yang disertai kehendak (sankhara) yang akan menimbulkan akibat. Dalam penentuan manusia terdapat motif yang disadari yaitu keserakahan atau keterikatan kebencian, kebodohan batin, motif ini umumnya perilaku yang jahat, perilaku yang baik alobha, adosa, amoha.
     Punarbhava atau kelahiran kembali terjadi karena salah satu sebab dari empat sebab, yaitu; habisnya kekuatan janaka kamma, habisnya masa kehidupan, habisnya kekuatan janaka kamma dan habisnya masa kehidupan, dan sebab lain. kesadaran dimomen terakhir (cuti citta) milik kehidupan sebelumnya dengan cepat berlanjut dengan kesadaran pada kelahiran yang disebut kelahiran kembali dari kesadaran. Kesadaran sebelumnya mengkondisikan kesadaran selanjutnya, kesadaran lahir dan mati memberi tempat pada kesadaran baru, sehingga aliran kesadaran tanpa henti akan terus berlanjut sampai kehidupan berhenti.
    Segala seuatu yang mucul, berkembang dan padam adalah mengalami proses, penulis akan memulai dari hasil suatu proses bagaimana manusia mengalami proses kelahiran. Kelahiran kembali ada karena adanya perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan yang akan berakibat sesuai dengan perbuatan yang dilakukan dan kehendak untuk hidup kembali. Kelahiran suatu mahkluk mengalami suatu proses yang panjang dapat dijelaskan melalui kausalitas, proses kelahiran sulit untuk mengetahui sebab yang mengawalinya, dalam paticcasamupada sebab terdekat yang membuat muncul proses lain karena avijja yang sebagai akar lobha, dosa, moha, sehingga muncul sebab lain untuk terus menjadi tumbuh, timbul, berlangsung dan padam. Dengan adanya pergantian suatu proses maka hal ini dapat diketahui bahwa segala sesuatau yang terkondisi mengalami tiga sifat keberadaan. Kelahiran juga dicengkram oleh tilakkhana.
     Segala sesuatu yang muncul, berkembang, dan padam pasti melalui proses yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi, proses-proses itu dimunculkan oleh proses lain sehingga memunculkan proses yang baru, proses yang baru akan menimbulkan proses selanjutnya. Proses-proses itu dipengaruhi oleh tiga sifat keberadaan yang menjadi sebab adanya kamma dan kelahiran kembali. Buddhisme memandang bahwa kelahiran terjadi berulan-ulang sebab dari karma dan proses yang panjang. Oleh karena itu kita sebagai umat Buddha tidak seharusnya tidak menganggap bahwa segala sesuatu ada sebab dan akibat dari apa yang kita lakukan dan tidak mengalami proses yang terus berlanjut hingga terhentinya penderitaan dan mencapai Nibbana.
Referensi;
- Kalupahana, David J. 1986. Filsafat Buddha. Jakarta; Erlangga.
- Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka.
- Piyadassi, Mahathera. 2003. Spektrum ajaran Buddha. Jakarta; YPB Tri Ratna.
- Panjika. 2004. Kamus Besar Buddha Dhamma. Jakarta; Tri Satva Buddhist Center.

Tipologi Hubungan Agama dan Sains

       Pengertian Agama bagi orang merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang nantinya akan menuntun umatnya kepada kebahagiaan, yang akan membawa kepada tempat keabadian atau yang disebut surga. Agama dan sains kadang sulit untuk berkembang bersama. Hal ini dapat terjadi karena konsep-konsep yang ada dalam agama dapat dipatahkan oleh konsep-konsep yang dapat dijelaskan secara jelas dan bukti-bukti yang nyata yaitu konsep yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan sains.
        Tipologi adalah kajian tentang tipe atau jenis (http://id.wikipedia.org). Agama dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang sangat dasar dan sering menjadi perbincangan banyak orang. Menurut Jonh F Haught agama ialah keyakinan teistik akan Tuhan "personal" yang dihubungakan dengan apa yang disebut keyakinan-keyakinan "profetik": Yudaisme, Kristianisme, dan Islam. Sedangkan sains adalah ilmu pengetahuan pada umumnya, pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk didalamnya botani, fisika, kimia, geologi, dsb; Ilmu pengetahuan alam, pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi; penelitian dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar/prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dsb (Tim Penyusun, 2005;978).
            Ada empat macam pendekatan untuk dapat mengungkap pemahaman akan relasi antara agama dan sains menurut Jonh F Haught yaitu;
1. Pendekatan Konflik
     dalam pendekatan konflik dijelaskan bahwa agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat bersatu datau tidak dapat sejalan, faktor utamanya adalah kerana agama tidak dapat membuka kebenara ajaran-ajarannya dengan tegas, padahal sains dapat melakukan hal itu. Agama tidak dapat menjadi member petunjuk bukti konkrit mengenai keberadaan Tuhan, sedangkan sains dapat menguji semua hipotesis dan semua teorinya berdasarkan pengalaman. dapat dicontohkan tentang evolusi milik darwin, gagasan teori evolusi sulit untuk dapat diterima oleh suatu agama yang dalam agama tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Adanya teori evolusi konsep-konsep dalam agama dapat dipatahkan karena pemikiran-pemikiran dalam agama tidak dapat diuji dengan pengalaman-pengalaman yang nyata.
2. Pendekatan Kontras.
    Pendekatan konteras menjelaskan bahwa antara agama dan sains tidak ada pertentangan karena keduanya memberi tanggapan terhadap masalah yang sangat berbeda. Antara agama dan sains memiliki tugas-tugas yang berbeda. pendekatan kontras lebih menitik beratkan pada bagaimana menghindari konflik yang terjadi antara agama dan sains.
3. Pendekatan Kontak.
    Pendekatan kontak mengemukakan bahwa antara agama dan sains memang berbeda secara logis dan linguistik, namun antara saindan agama dapat saling berdialog, berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Istilah kontak berarti berkumpul bersama sama tanpa melebur. Antara sains dan agama dapat mempertahankan perbedaan yang ada, tetapi juga harus menghargai perbedaan tersebut.
4. Pendekatan Konfirmasi.
    Pendekatan Konfirmasi menjelaskan bahwa antara sains dan agama saling berhubungan erat dengan kegiatan ilmiah. Agama juga dapat berdampingan dengan sains, agama dapat berperan dan mendukung hasil kegiatan ilmiah. dengan kata lain agama memberikan dorongan atau memperkuat hasil-hasil dari kegiatan ilmiah untuk saling memberi makna kepada alam semesta.
     Pendekatan konfirmasi dapat dirumuskan sebgai pernyataan bahwa alam semesta adlaah suatu totalitas yang terbatas, koheren, sarional, dan tertata yang dilandaskan pada kasih dan janji tertinggi, memberikan gambaran-gambaran umum tentang segala sesuatu yang secara konsisten mendorong pencarian ilmiah akan pengetahuan dan membebaskan ilmu pengetahuan dari keterkaitan pada ideologi-ideoligi yang membelenggu. Agama dapat dilihat sebagai pemeberi konfirmasi bukan sebagai pemberi kontradiksi sains, mengaku iman (kepercayaan) mendasar akan rasionalitas yang luas dan realitas, tidaklah bertentangan dengan sains, tetapi merupakan sumber yang mendasar bagi sains.
    Bahwa empat pendekatan tersebut dapat mewakili antara sains dan agama. Karena sulit untuk dapat mempertemukan antara agama dan ilmu pengetahuan. Dengan pendekatan-pendekatan tersebut diharapkan dapat lebih mempermudah untuk menjelaskan pertemuan antara agama dan sains.
Referensi
Haught, Jonh F. 2004. Perjumpaan Agama dan Sains. Bandung; Mizan.
Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta; Balai Pustaka.
http://id.wikipedia.org/wiki/tipologi. Akses tanggal 11 Februari 2012.

The Concept Of Beauty In Buddhism

A. Pendahuluan
     Hampir semua orang meyenangi keindahan (kecantikan), orang-orang berharap dapat menemukan suatu hal yang indah atau yang cantik. Sesuatu yang indah akan membuat seseorang merasa senang, puas, dan melekat. Keindahan atau keadaan yang indah dapat menyebabkan kemelekatan seperti seorang laki-laki yang melihat gadis cantik, dan ingin memilikinya begitu halnya dengan seorang perempuan. Kecantikan luar merupakan kecantikan yang dapat dilihat secara langsung melalui panca indera atau mudah untuk dilihat. Namun, sebenarnya kecantikan itu ada dua yitu; eksternal dan internal.
B. Pembahasan.
     Menurut KBBI (2000:193) kecantikan adalah keelokan (tata wajah muka), kemolekan. Keindahan adalah sifat-sifat (keadaan dan sebaginya) yang indah, keelokan alam Indonesia (KBBI, 2000:429). Jadi secara Umum kecantikan itu merupakan keelokan dari berbagai objek seperti penampilan dan cara bersikaap seseorang. Kecantikan adalah kenikmatan visual dari orang, binatang, objek, atau adegan, dan juga kenikmatan suara, musik yang memberikan kesenangan bagi indera.
     Agama Buddha memandang bahwa kecantika itu ada dua jenis yaitu kecantikan eksternal dan internal. kecantika luar adalah kecantikan dari tubuh yang menyebabkan kemelekatan seseorang. seperti wajah yang cantik atau tampan. sedangkan moral atau spiritula (internal) adalah kecantikan yang sulit dilihat secara langsung seperti memiliki hati yang baik, tidak menebar kebencian. Menurut agama Buddha, penanaman sikap yang benar untuk keindahan sangat penting. Lebih baik mengembangkan pengalaman spiritual karena akan mampu melepaskan seseorang dari materi duniawi dan sebagimana menemukan bahwa kecantikan fisik bukan ynag paling mewah. Puncak dari proses spiritual  yaitu terlepas dari dunia, dunia sensual, dengan berpengetahuan luas tentang dunia, mengetahui hidup yang sebenarnya. Konsep kecantikan utama dijantung budaya buddha adalah aspirasi dari yang tidak dalam mengejar kenikmatan sensual, hutan dengan flora dan fauna adalah penginapanyang menyenangkan. Ini terlihat dalam Theragatha mana ucapan-ucapan yang dibuat oleh para biarawan dan biarawati dalam memuji alam sekitarnya di hutan dimana mereka menhabiskan sebagian besar hidup mereka. Ungkapan rasa bahgai karena telah mampu mencapai pencerahan. kecantikan luar biasa disebut dengan samutti karena kecantika luar itu bersifat duniawi dan bersifat relatif. malasekera (1985, 597-598) Vagga of the Anguttara Nikaya (1, 3-4)
The Buddha addresses the monks and tells them that he does not know of any other single thing so powerful in giving rise to the psychological state of sensual lust (kamachanda) or to increase there of as the feature of beauty in things (subha-nimitta). subha-nimitta is the general human tendency of getting attached to anything that is pleasureable to the organs of sense: it is an object, material, or metal that serves as a basic for that thoght of attacment to them leads to loss of insight and true knowladge.
keindahan organ atau tubuh memang menimbulkan perasaan senang namun hal ini akan menjadikan seorang kehilangan perhatian dan pengetahuan yang sesungguhnya karena akan menyebabkan kemelekatan.
Salah kisah tentang kecantikan yaitu kisah kisah Khema Teri. Ratu Khema merupakan istri utama dari Raja Bimbisara. Ia sangat cantik dan juga sangat sombong. Tetapi setelah mendengar ajaran sang Buddha dan melihat penampakan seorang gadis yang lebih cantik dan akhirnya setelah beberapawaktu kemudian kecantikan berubah menjadi jelek, menjadi wanita jompo dan akhirnya ratu Khema menjadi sadar akan kesombongannya.
C. Kesimpulan.
     Dari penjelasan dapat penulis simpulkan bahwa konsep kecantikan dalam agama Buddha adalah kecantikan luar atau fisik  dan atau moral (spiritual). Dalam hal ini kecantikan yang utama adalah kecantikan moral karena akan membawa seseorang pada ketidakmelekatan dan menuju pada pembebasan derita. seseorang yang memiliki moral yang baik akan memiliki bekal untuk mendapatkan hasil yang baik pula yaitu kebahagiaan. Untuk memiliki kecantikan moral dapat dilatih dengan berbagai hal seperti belajar, mencari pengetahuan, berlatih meditasi dengan objek Asubha (hal-hal yang menjijikan). Dengan demikian sesorang akan mampu untuk tidak bersikap sombong, tidak membanggakan wajah tampan atau cantik.
Referensi
  • Malasekera. 1985. Encychlopedia Of Buddhism. London
  • Tim Penyusun. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka
  • Tim Penyusun. 2000. Panduan Tripitaka. Klaten; Vihara Bodhivamsa.
  • http://www.4ui.com/eart.html(diakses tanggal 17 Februari 2012)
  • http://www.samaggi-phala.o.id/tipitaka/kisah-khema-theri/ (diakses tanggal 21Februari 2012)

Guide To The Study Of Religion

A. Latar Belakang
     Negara Indonesia adalah negara agama, bahawa setiap warga negara Indonesia berhak bergama dan memilih satu agma sesuai dengan kepercayaan. Secara umum, pengertian agama adalah suatu kepercayaan yang dipercayai, diyakini oleh seseorang. dari keenam agama yang diterima di Indoneis yaitu Islam, Buddha, Kristen, Konghucu, Hindu, dan katolik,. Sebagi warga negara indonesia diharuskan untuk memilih salah satu dikarenakan identitas agama dari setiap warga negara harus jelas. Munculnya agama-agama tersebut akan menimbulkan keadaan yang baru, adanya pengaruh-pengaruh yang mengakibatkan timbulnya berbagai masalah. Dengan demikian, bagaimana seseorang dapat mempelajari suatu agama.
B. Pembahasan.
     a. Agama sebagai Hantu
        agama diibaratkan sebgai hantu seperti sebuah momok atau sesuatu yang mengambang bebas. dikatakan sebagai hantu bahwa dengan munculnya suatu agama akan menyajikan berbagi masalah ganda. Masalah yang terkenal adalah masalah tingkah laku yang menemui manusia dalam segala bentuk. Dengan demikian teori agamaselalu dipelajari disegala bidang akademik, karena secara umum agama dan akademik sulit untuk dipisahkan.
     b. Agama dalam konsep
         Konsep adalah ide-ide yang digunakan untuk mengalokasikan sesuatu dari dunia nyata kedalam kelas objek sehingga untuk memposisikan objek untuk pikiran yang ditujukan terhadap penjelasan konsep untuk dilakukan. Orang harus menganggap agama sebagai konsep dalam pengertian teknis, dan bukan sebgai suatu hal yang mengapung. Pembentukan konsep agama yang salah akan mempengaruhi pada buku keagamaan, karena dianggap bahwa konsep agama semata-mata penciptaan sarjana agama. Hal ini diciptakan untuk tujuan analitis para sarjana oleh tindakan imajinatif tentang perbandingan dan generalisasi. Agama tidak memiliki eksitensi independen terpisah dari akademik.
    c. Agama dalam teori
        Dalam teori agama berisikan tentang God (tuhan), bahwa orang mempercayai adanya yang meciptakan mereka, memberikan kehidupan, dan yang mereka puja. Tetapi tanggapan atau pemikiran mereka terhadap tuhan berbeda-beda. pada dasarnya mereka setuju bahwa bukan tuhan yang membuat mereka memuja-muja dan takut denga Tuhan, tapi manusialah yang membuat Tuhan dan kemudian mereka memuja-muja dan takut dengan Tujhan.
    d. Religion and Disciplinarity
        Dalam study agama saat ini sangat dibutuhkan para sarjana agama buddha yang termpil dalam berbagai hal termasuk mengenai agama serta ilmu umum diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh agama. Tujuan yang lebih besar yaitu menghasilkan sarjana agama yang mampu menyebarkan pengetahuan kepada masyarakat tentang agama dengan membutuhkan kekuatan dari pengetahuan teknis seperti arkeologi, sejarah, seni, demografi, linguistik, filosofi, dan sebagainya.
C. Kesimpulan.
     Setelah membahas Guide to te study of religion, saya dapat menyimpulkan bahwa tidak mundah untuk mempelajari suatu agama. Setiap manusia yang ingin mempercayai suatu agama dan memilihnya sebagai bentuk  keyakinan yang pertama harus mengerti dasar teori yang diajarkan dari ajaran agama tersebut. Melalui belajar agama, dengan membaca buku-buku agama, encyclopedia, kamus tentang agama. ketika ingin lebih memperdalam agama dengan sekolah agama. tanpa memahami perbedaan agama, maka masalah-masalah seperti konflik, peperangan antar agama sulit untuk diselesaikan.
Referensi.
Braun, Willi dan Russell, T. McCutheon. 2000. Guide to the study of religion: Religion. New York: Cassel.

Prospect for Pluralism: Voice and Vision in the Study of Religion 1

A. Latar Belakang Masalah
     Suatu negara tidak terlepas dari berbagai masalah, salah satu masalah yaitu dalam bidang keagamaan, khususnya di Indonesia yang memiliki berbagi jenis agama. Dengan demikian akan menyebabkan berbagai masalah yang muncul dari perbedaan masing-masing agam dan pemeluk agama tersebut. Pluralisme agama merupakan tantangan akademik, sispil dan teologis. Pertemuan orang dari tradisi agama yang berbeda konteks kehidupan beragama sering menimbulkan berbagai pertanyaan dari agama yang satu dengan agama yang lain. Melihat banyak permasalahan yang muncul antara keyakinan yang diyakini dengan agama lain merupakan tantangan akademik bagi siswa tentang agama yang akan mendapatkan wawasan kedalam dinamika kehidupan beragama. Pluralisme agam juga merupakan masalah kemasyarakatan penting bagi warga masyarakat yang semakin beragam.
B. Pembahasan.
1. Pluralisme dalam dekade lalu.
     Tantangan Pluralisme bukan untuk melenyapkan atau menghapus perbedaan, juga untuk kelancaran keluar perbedaan, melainkan utnuk menemukan cara-cara hidup yang berhubungan dengan alasan yang muncul merupakan tantangan yang perlu diperdebatkan dalam komunittas agama. Pada bahasan kali ini di bahas dua hal yaitu Ekstimisme dan Pluralisme agama.  Ekstremisme merupakan tantangan besar pertama yang telah mengubah wajah bidang adalah visibilitas meningkat dan kekerasan dari banyak gerakan keagamaan dan politik agam radikal diseluruh dunia. tantangn besar kedua adalah tantangan pluralisme agama. Gerakan global kemasyarakatan sebagai migran ekonomi , dan pengungsi politik dan gerakan global bisnis dan teknologi telah membuat masyarakat semakin beragam dan kompleks. Prospect untuk masalah pluralisme dimulai dengan kemampuan untuk memberikan suara kepada keragaman suara dalam diri sendiri. masalah pluralisme agama berpengaruh pada masalah yang lain seperti masalah polotik, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.
2. Pluralisme sebagai tantangn dalam dunia akademik
    demikian manusia dari jaman lalu sampai sekarang semakin berkembang dari dekade lama sampai dekade baru atau dekade tertentu sampai dekade selanjutnya muncul adanya perbedaan, pemikiran-pemikiran baru. Masalah Pluralisme juga membuat tantang bagi kaum pelajar, para cendekiawan, para sarjana untuk mengungkapkan tentang suara dari masing-masing pemeluk agama, mengungkap perbedaan agama yang membuat seseorang saling berdebat. dalam berbagai negara terdapat beberapa universitas atau sekolah-sekolah tentang pendidikan agama, yang mana di dalamnya banyak pelajar yang membentuk berbagi gerakan.
3. Pluralisme sebagai masalah Civic
    Pluralisme sebagai masalah civic maksudnya bahwa agama berpengaruh dalam masalah kewarganegaraan. Kondisi masyarakat antara negara satu dengan negara yang lain berbeda-beda. "Pengakuan Iman Amerika adalah ciptaan yang unik buday Protestan tidak setuju" Huntington 2004:68. Nilai-nilai inti yang sangat protestan: kebebasa, kesetaraan, demokrasi, haksipil, non-doskriminasi, dan supremasi hukum. Para sarjana dalam studi agama memiliki suara publik. suara yang akan dilakukan bukan hanya karena perpekstif ilmiah bawa ke isu-isu publik, tetapi juga karena kesetiaan kami berjanji sebagai warga negara.
4. Pluralisme Sebagi Masalah Teologis
    Teologi memiliki arti luas, revolusi yang sedang berlangsung dari tradisi iman oleh penganut, praktisi dan para pemimpin dari suatu tradisi. Pemahaman teologi tidak ada dalam masyarakat tetapi ada dalam diri komunitas sendiri. Kehidupan pluralisme di Indonesia, tradisi gama yang beragam hidup bersama dalam kontek kota dan desa, pernikahan dan keluraga, banyak cerita yang menggambarkan cara-cara orang biasa mengharapkan untuk berdamai dengan perbedaan. pluralisme agama merupakan jembatan pembangun yang bertujuan bukan untuk menghilangkan budaya yang berbeda agama, melainkan untuk menghubungkan dari perbedaan yang ada.
     Mempelajari dinamika pereseran kehidupan beragama di dunia yang serba cepat, perubahan global akan membutuhkan  yang terbaik dari generasi baru sarjana, waspada terhadap cara-cara yang muncul  dari berpikir, bertindak dan menghubungkan seluruh tradisi agama dan budaya serta cerdik dalam menganalisis tentang aapa yang sedang terjadi yang akan menghasilkan pemikiran baru. Pemikiran baru tersebut mampu memadai dalam dunia masyarakat untuk abad  keduapuluh satu dan kehudupan keagamaan juga akan membutuhkan yang terbaik dari refleksi teologis dalam setiap tradisi keagamaan. pemikiran teologis baru yang responsif terhadap tantangan baik seculastism dan pluralisme agama.
C. Kesimpulan
     dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pluralisme merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat agama. dalam pluralisme orang-orang berbicara mengenai perbedaan agama, perbedaan ajaran. Namun sebenarnya dengan adanya perbedaan agama tidak menjadikan orang-orang yang berrada didalamnya untuk saling menonjolkan agamanya masing-masing, perbedaan tidak harus disamakan. Perbedaan gama harus mampu membuat orang-orang yang berada dalam agama tersebut untuk salinh memahami, belajar tentang perbedaan tersebut. biarpunorang menganggap bahwa ajaran agama yang ini sesuai dengan kehidupan tetapi sifat fanatik perlu dihindari karena sikap fanatik akan menimbulkan masalah baru dan menyebabkan kerenggangan suatu hubungan, harapan kedepan untuk pluralisme adalah ketika para sarjana, guru, dan orang-orang, masyrakat memberikan peluang untuk saling memberikan suara, visi bagi berbagai agama maka akan membuat suatu pemahaman, wawasan dan mampu menciptakan perdamaian dalam kehisupan. Sehingga ketika pemeluk agama satu memahami tentang perbedaan agama dan pemeluk agama lain akan tercipta kondisi yang baik.

Perbedaan Teori Charles Robert Darwin dan Agama Buddha

Perbedaan Teori Charles Robert Darwin dan Agama Buddha
Teori evolusi  yang dikemukakan oleh seorang Zoologi yang bernama Charles Robert Darwin yang dikenal dengan teori evolusi Darwin. Mengemukakan perkembangan manusia ,tumbuhan dan hewan yang dahulunya berasal dari sel tunggal yang ber-evolusi selama berjuta-juta tahun untuk menjadi mahkluk yang multi-sel. “Natural selection acts to preserve and accumulate minor advantageous genetic mutations” (http://www.darwins-theory-of-evolution.com/). Proses evolusi yang terjadi melalui seleksi alam selama berjuta-juta tahun lama. Tetapi, pandangan Evolusi Darwin mengenai kemunculan manusia menjadi hal yang terkenal, karena manusia berasal dari kera. Penggambaran evolusi dari kera kemanusia berjalan membungkuk, hingga berjalan tegak.
Teori Evolusi milik Darwin banyak kontroversi dari berbagai agama, salah satunya agama Islam yang tidak setuju dengan Teori Darwin. Bahwa manusia awal mulanya berasal dari Adam dan Hawa. Teori Darwin juga berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Sang Buddha, terdapat dalam Aganna Sutta yang mengungkap kejadian alam semesta dan juga kemunculan suatu keshidupan di alam semesta. Agama Buddha menjelaskan manusia awal mulanya berasal dari mahkluk yang bercahaya (mahkluk dari alam Abhasara) dan jumlahnya tidak hanya satu saja, melainkan dalam jumlah yang banyak. Ketika Bumi terbentuk, Bumi terdiri dari gelembung-gelembung dan rasanya seperti dadih susu dan madu tawon. Para mahkluk Abhasara turun ke Bumi untuk mencicipi rasa gelembung tersebut. Hingga akhirnya dalam tempo waktu yang lama keadaan Bumi mulai memadat, begitu juga denga mahkluk Abhasara ikut memadat. Munculah suatu mahkluk yang jelek dan dan bagus, muncul alat kelamin, muncul berbagai perbedaan-perbedaan diantara mereka. Dari situlah manusia muncul di Bumi dengan berbagai bentuk.
Referensi;

Senin, Februari 27, 2012

pluralitas Indonesia 1

Berbicara mengenai agama yang satu dengan agama yang lainnya, akan menimbulkan beberapa pandangan yang berbeda-beda antara pandangan agama yang satu dengan agama yang lainnya. Entah Hujatan kata-kata yang tidak mengenakan kepada agama yang lain ataupun pertentangan-pertentangan antara agama yang satu dengan agama yang lainnya. Negara Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya, tradisi, dan agama sehingga banyak para peneliti yang melakukan penelitian di Negara Indonesia untuk kegiatan mendapatkan gelar, baik Sarjana, Magister, Doktor, atau Profesor. Hal yang paling menarik dari Indonesia adalah kepemilikikannya terhadap banyaknya budaya, suku, tradisi, dan agama. Tepapi, dibalik keindahan dari keanekaragaman sering menimbulkan perbedaan pendapat. Terutama dalam perbedaan pendapat dalam bidang agama. Banyak dari pendidik-pendidik agama yang melakukan dialog antar agama dan sekolah pluralitas agama untuk menunjang dan menjembatani kehidupan beragama yang berbeda-beda pendapat.
Dialog yang digunakan untuk menghargai agama lain dengan saling mengerti perbedaan antar agama. Tetapi, sering dari dialog antar agama justru malah terjadi suatu sistem menyamakan agama yang satu dengan agama yang lainnya. padahal perbedaan agama bukan untuk mencari kesamaan diantara perbedaan. tetapi dialog yang digunakan untuk saling mengerti agama yang satu dengan agama yang lain. ketika seseorang sudah mengerti agama yang satu dengan agama yang lain diharapkan akan muncul dan berkembang rasa saling tolerabsi antar agama. "Hal yang sama jangan dibedakan dan hal yang beda jangan disamakan". mengapa demikian...? Karena hal yang sudah sama mengapa kita harus membuat beda hal itu. hal yang sama jika dibedakan maka akan menimbulkan pertentangan dan perselisihan antar mereka. Berbeda pula dengan hal yang sudah berbeda justru disamakan. Itu hal yang aneh, biarlah yang berbeda itu tetap berbeda. sebagai contoh; Agama Islam berbeda dengan Agama Buddha dan Agama Kristian. Mana mungkin orang kristen mau disamakan dengan agama Buddha atau sebaliknya, mana mungkin orang Islam mau disamakan dengan Agama Buddha. Jelas tidak maukan...? Bahkan hal yang sudah sama diantara agama dibedakan, seperti contoh melaukan perbuatan jahat akan meimbulkan akibat yang jahat pula. semua agama juga mengatakan demikian, tetapi jika hal tersebut dibedakan. Apa yang akan terjadi...? Tidak ada rasa toleransi dan akan menimbulkan perdebatan dan pertentangan agma bukan...?
Ketika seseorang melaukan dialog antar agama bukan debat antar agama tentu saja akan menimbulkan rasa perbedaan diantara mereka. Tetapi dari perbedaan itulah mereka mengerti satu hal, bahwa mereka harus menghormati lain agama. Tidak ada kata yang terdengar dengan pelecehan agama. seperti, Agama Islam ko menyembah batu, kabah itukan batu, Agama Buddha ko menyembah patung, Agama Kristian ko menyembah orang disalib dan sebagainya. Andaikan orang sudah mengerti mengapa agama A begini agama B begitu maka kita tidak akan melecehkan agama lain atau melecehkan agama sendiri. Tetapi lebih kearah saling menghormati.
Bagaimana dengan agama yang selalu menjadi masalah perbedaan diantara masyarakat, karena dimasyarakat sering tidak menyukai orang A karena memeluk agama B. salah satu cara adalah dengan mengalihkan perhatian agama dengan membentuk suatu organisasi bersama dan melakukan kegiatan yang sama antar agama. Seperti melakukan kegiatan bakti sosial di Jogjakarta, maka seseorang akan terdorong untuk melakukan kegiatan tersebut tanpa memandang perbedaan agama. Melakukan kegiatan dengan melupakan agama apa yang dianut. Bahkan dalam tradisi jawa saya menjadi kagum, karena orang-orang yang berbeda agama tidak pernah menyinggung agama yang lain dari melakukan kegiatan seperti Jaranan. Para pelaku tradisi jaranan tidak pernah menghiraukan teman mana yang melakukan sindiran terhadap agama yang satu dengan agama yang lain. Mereka melakukan kegiatan dengan rasa persaudaraan, bahwa tradisi ini dilakukan untuk semuanya.
Hal yang paling menonjol dari Negara Indonesia adalah pemerintahan dan politik Negara Indonesia yang selalu didasari dengan agama. Padahal agama yang menjadi mayoritas di Indonesia menjadi salah satu pemegang kunci politik mengapa produk ini dihalalkan, mengapa hal ini harus sesuai dengan ini, mengapa hal itu selalu harus sesuai dengan hal itu. Semua itu karena adanya agama yang mejadi dasar negara. sehingga buat apa pemerintahan selalu didasari dengan agama, seharusnya agama berdiri sendiri dan politik berdiri sendiri tanpa adanya campur tangan dari agama. segala sesuatu yang ada di Indonesia selalu didasari dengan agama. maka dari itulah orang-orang selallu menang ketika menjadi mayoritas.

Prospect for Pluralism: Voice and Vision in the Study of Religion

PROSPECT UNTUK PLURALISME:
SUARA DAN VISI DALAM STUDI AGAMA
Berbicara mengenai agama, merupakan hal yang paling membingungkan. Sebab, aliran yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan pendapat sesuai dengan konsep agama yang dianut. Beberapa ulama agama yang mengikuti dialog antar agama sudah mencari kesamaan-kesamaan dalam perbedaan agama yang dianut. Padahal kita tahu bahwa perbedaan beragama dapat menjadi salah satu penyebab perang dunia ketiga. Ada seseorang yang berkata “Agama adalah sebuah racun”, jelas sekali agama merupakan racun untuk penganut suatu agama yang tidak memiliki toleransi antar lain agama. Hingga muncul suatu gerakan yang ektrim dari salah satu agama seperti munculnya terorisme. Maka dari itu, ulama agama yang memiliki pandangan untuk menghapus rasa perbedaan dengan mencari persamaan-persamaan antar lain agama. Padahal sudah diketahui bahwa perbedaan agama bukan untuk menghapus perbedaan akan tetapi untuk menemukan cara hidup. “The challenge of pluralism is not to obliterate or erase difference, not to smooth out differences under a universalizing canopy, but rather to discover ways of living, connecting, relating, arguing, and disagreeing in a society of differences”. Tetapi, perbedaan agama lebih menitik beratkan pada keharmonisan bermasyarakat dengan mengerti perbedaan yang ada antara mereka, bukan untuk mencari suatu persamaan. Dengan mengerti perbedaan yang dimiliki tentu seseorang diharapkan memiliki rasa toleransi antar lain agama dan umat agama. Selain itu, juga memiliki rasa menghargai antar lain agama, dengan mengerti agama saya berbeda dengan agama mereka. Dengan perbedaan yang dimiliki pula tidak menimbulkan perang agama tetapi lebih menuju kearah kehidupan yang sejahtera.
Referensi:
Eck, Diana L. 2006. Prospects for Pluralism: Voice and Vision in the Study of Religion, \On Journal of The American Academy of Religion. Oxford; English.

Selasa, Februari 21, 2012

17. Sabbasava Sutta = penghentian dari pada dukkha


17.  Sabbasava Sutta = penghentian dari pada dukkha

Tempat : Jetavana, Savatthi
LB : SB menerangkan kepada para Bhikkhu dgn kehendak sendiri ttg penghentian dukkha
Inti : SB menerangkan kpd B. cara penghentian dukkha dgn melihat, pengendalian diri, penggunaan, penahanan, penghindaran, penghapusan & pengembangan.
A.    Dukkha dpt dihilangkan dgn melihat (Dasana), artinya dukkha dpt terhenti pd diri seseorg yg mengerti & melihat, bila seseorang tdk memperhatikan dgn benar maka akan timbul dukkha baru & bertambah dukkha yg telah ada.
Hal-hal yg perlu dimengerti :
a.       4 kebenaran mulia.
b.      Majjhima patipada
Hal-hal yg tdk perlu dimengerti :
a.       Bahaya dr hawa nafsu
b.      Keakuan diri
c.       Ketdk tahuan thdp Dhamma
B.     Dukkha dpt dihentikan dgn pengendalian diri (samvara), artinya seorg B. berpikir dgn bijaksana mengendalikan panca inderanya
C.    Dukkha dpt dihentikan dgn penggunaan (patisevana), artinya seorg siswa berpikir dgn bijaksana bahwa menggunakan kebutuhan pokok sebagai penunjang dlm menjalani kehidupan suci
D.    Dukkha dpt dihentikan dgn penahanan (abhivasana), artinya seorg siswa berpikir dgn bijaksana menahan segala sesuatu yg tdk diinginkan terjadi dlm kehidupan luhur.
E.     Dukkha dpt dihentikan dgn penghindaran (parivajjana), artinya seorg siswa berpikir dgn bijaksana dpt menghindari sesuatu yg menghalangi dlm menjalani kehidupan luhurnya.
F.     Dukkha dpt dihentikan dgn penghapusan (vinadana),artinya seorg siswa berpikir dgn bijaksana & memusnahkan pikiran2 yg penuh dgn nafsu.
G.    Dukkha dpt dihentikan dgn pengembangan (Bhavana), artinya seorg siswa berpikir dgn bijaksana mengembangkan satta-sambojjhanga (7 faktor penerangan agung)
a.       Sati sambojjhanga = perhatian sbg faktor penerangan agung.
b.      Dhammavicaya S. = menyelidiki dhamma sbg faktor penerangan agung
c.       Viriya S. = semangat sbg faktor penerangan agung
d.      Piti S. = kegiuran sbg faktor penerangan agung
e.       Passaddhi S. = ketenangan sbg faktor penerangan agung
f.       Samadhi S. = konsentrasi sbg faktor penerangan agung
g.      Upekkha S. = keseimbangan batin sbg faktor penerangan agung

18.  Dhammadayada Sutta = pewaris dhamma
Tempat : Jetavana, savathi
LB : SB mengajarkan agar pr siswa menjadi pewaris dlm dhamma (dhammadayada) & bkn pewaris dlm materi (amisadayada)
Dhamma sbg pewaris (berjalan sesuai dgn pendahulu/gocara)
Berlindung pd diri sendiri (melaksanakan 4 nupasana = tubuh-kaya, perasaan-vedana, pencerapan-sanna, bentuk2 pikiran-formasi mental.
Inti : B. Sariputta mengajarkan tentang :
  1. B. yg hdp sbg pertapa tdk melatih diri dlm ketenangan (viveka)
  2. B. yg hdp sbg pertapa melatih diri dlm ketenangan
Tiga hal yg perlu dikritik :
  1. sbg pertapa ia tdk melatih diri u/ tenang
  2. tdk meninggalkan apa yg hrs diajarkan guru u/ ditinggalkan
  3. ia sibuk, tdk hati2, sering berbuat salah & tdk menyukai ketenangan.
Tiga hal yg hrs dipuji :
1.      sbg pertapa ia melatih diri u/ tenang
2.      ia meninggalkan apa yg diajarkan guru u/ ditinggalkan
3.      ia tdk sibuk, hati2, tdk berbuat salah & menyukai ketenangan
pelenyapan kejahatan dgn jalan tengah akan menghasilkan ketenangan (upasamaya), kemampuan batin (abhinnaya), penerangan (sambodhaya) & nibbana.
Majjhimapatipada / jalan tengah (jalan mulia berunsur delapan) :
  1. samma ditthi – pandangan benar
  2. samma sankappa – pikiran benar
  3. samma vaca – ucapan benar
  4. samma kammanta – perbuatan benar
  5. samma ajiva – penghidupan benar
  6. samma vayama – ucapan benar
  7. samma sati – perhatian benar
  8. samma samadhi – pemusatan benar

19.  Anagana Sutta = kekotoran batin yg diumpamakan spt bukit
Tempat : Jetavana
LB : B. Sariputta membabarkan ttg 4 jenis orang
Inti : 4 jenis org tsb adalah :
  1. org yg mempunyai kekotoran batin ttp tdk menyadarinya
  2. org yg mempunyai kekotoran batin dan menyadari keberadaannya
  3. org yg tdk mempunyai kekotoran batin dan tdk mengetahuinya
  4. org yg tdk mempunyai kekotoran batin dan mengetahuinya dgn benar
orang yg mengetahui keadaan batinnya disebabkan oleh nafsu, kebencian & kedunguan serta batinnya tercemari
orang yg mengetahui keadaan batinnya disebabkan berusaha melenyapkan nafsu, kebencian, & kedunguan serta batinnya tdk tercemari nafsu.
Keinginan B. yg muncul secara salah disertai dgn kemarahan & ketdk puasan disebut Anangana, contohnya :
  1. mengaharapkan B. tdk mengetahui kesalahannya
  2. mengharapkan agar B. menggugat apatti scr pribadi
  3. mengharapkan agar B. yg setara menggugat kesalahannya
  4. mengharapkan Buddha bertanya hanya kpdnya sblm membabarkan Dhamma
  5. mengharapkan hanya dirinya yg menerima nisidana (kain duduk)
  6. mengharapkan hanya dirinya yg membabarkan dhamma kpd para Bhikkhu
  7. mengharapkan hanya dirinya yg menerima persembahan
  8. mengharapkan persanjungan dr perumah tangga
  9. suka merendahkan org lain atau teman sepenghidupan luhur
  10. batinnya diliputi keragu-raguan
  11. tdk membangkitkan penyadaran jeli
pahala dari pelaksanaan Nupasana / pengembangan 4 perhatian :
  1. memperoleh jhana2
  2. Pubbenivasanusatinana ( kemampuan u/ melihat kehidupan2 masa lampau).
  3. Dibbacakkhu (kemampuan u/ melihat kehidupan & kematian)
  4. Asavakkhayanana (kemampuan u/ melenyapkan kekotoran batin)

20.  Salekkha Sutta = pemusnahan pandangan ttg “Atta Ditthi” (Brahmajala Sutta)
Tempat : Jetavana, Taman milik Anathapindika, Savatthi
LB :     berkenaan dgn pemusnahan pandagan ttg “Atta Ditthi” & loka ditthi (pandangan ttg adanya jiwa & dunia/tubuh) atas pertanyaan Bhikkhu Mahacunda kpd SB
Inti : SB menerangkan muncul, dasar & pelaksanaan dgn melihat sebagaimana adanya dgn pengertiann yg benar “ini bukan milikku, ini bukan jiwaku”.
Ariya Dhamma :
1.      bebas dari nafsu
2.      bebas dari Dhamma yg tdk berguna contoh congkak, marah, dendam
3.      mencapai jhana
pemusnahan yg efektif dlm :
  1. org lain kejam, kita tdk kejam
  2. org lain iri hati, kita tdk iri hati
  3. org lain berucap salah, kita berucap benar
  4. org lain berpikir salah, kita berpikir benar
  5. org lain serakah, kita tdk serakah
  6. org lain pemarah, kita penyabar
  7. org lain tdk hati2, kita hati2
  8. org lain malas, kita semangat

21.  Mahadukkhakkhanda Sutta
Tempat : Jetavana, taman milik Anathapindika
LB : berkenaan dgn pandangan dari pertapa pengembara sekte lain bhw ajarannya = dhamma ajaran SB
Inti : SB menjelaskan kpd para B. yg membedakan Dhamma dgn ajaran pengembara sekte lain :
1.      nafsu indera, bahaya dari nafsu indera, jln keluar dari nafsu indera
2.      jasmani, bahaya dari jasmani & jln keluar dari jasmani
3.      perasaan, bahaya dari perasaaan & jln keluar dari perasaan
      Lima pengikat nafsu :
1.      jamani yg diinginkan, disukai & dilihat oleh mata
2.      suara yg diinginkan, disukai & didengar oleh telinga
3.      bau yg diinginkan, disukai & dicium oleh hidung
4.      rasa yg diinginkan, disukai & dikecap oleh lidah
5.      sentuhan yg diinginkan, disukai & dirasa oleh tubuh
Bahaya dari nafsu indera :
1.      para perumah tangga menempuh mata pencaharian dgn penuh kesukaran, melawan hawa nafsu, panas dll
2.      usaha yg tak membawa hasil timbul kekecewaan
3.      bila berhasil terkadang timbul kekawatiran
4.      apabila hartanya diancam bahaya akan menderita
Jalan keluar à menghilangkan & melenyapkan keinginan nafsu indera
Jasmani à kegembiraan & kenikmatan yg muncul dari keampanan
Bahaya jasmani à mengalami usia tua, bongkok, rambut putih, menderita krn kesakitan, mengalami kematian dll
Jalan keluar à menghilangkan & melenyapkan keinginan nafsu u/ jasmani
Perasaan à bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yg tak bermanfaat & berdiam dlm jhana
Bahaya perasaan à tdk kekal, tak dpt tepisahkan dari perubahan
Jalan keluar à menghilangkan & melenyapkan nafsu indera pd perasaan

22.  Vatthupama Sutta
Tempat : Jetavana, Savathi
LB :
v  SB memberikan nasehat kepada para bhikkhu dengan perumpamaan kain yang bernoda miskipun dicelup warnanya tak akan bersih begitu juga batin yang terkotori dan bernoda akan membawa kelahiran kembali pada alam penderitaan
v  Sebaliknya pikiran yang tak terkotori atau ternoda akan membawa pada kelahiran yang menyenangkan bagaikan kain yang bersih dan terang setelah dicelup akan menjadi cemerlang.
SB menguraikan ketidaksempurnaan yang mengotori moral :
1.      Keserakahan
2.      Keinginan jahat
3.      Kemarahan
4.      Kekikiran
5.      Kesombongan
6.      Kecurangan
7.      Penipuan
8.      Kelalaian
9.      Pemabukan
10.  Penghinaan
11.  Tebal muka
12.  Keirihatian
Cara menghilangkan noda batin :
1.      pengembangan 4 apamana
2.      rajin/bersemangat dlm mengembangkan kewaspadaan
3.      melatih ketenangan/samatha
4.      melaksanakan meditasi/vipassana

23.  Vanapattha Sutta (M.I.II.17)
Tempat : Vihara Jetavana
LB : SB menguraikan kepada para bhikkhu tentang berdiam  di hutan belukar. SB menguraikan 4 dasar pertimbangan untuk berdiam disuatu tempat (pedusunan/gama, kota/nigama, ibukota/nagara, daerah/janapada).
1.      Seorang bhikkhu yang tinggal di hutan ttp penyadaran jeli tdk terbangkitkan, batinnya tdk terpusat, noda batin tdk terlenyapkan, serta kemelekatan tdk dapat ditanggalkan, empat kebutuhan pokok sukar diperoleh maka hendaknya meninggalkan hutan tersebut.
2.      2. Seorang bhikkhu yang tinggal di hutan ttp penyadaran jeli tdk terbangkitkan, batinnya tdk terpusat, noda batin tdk terlenyapkan, serta kemelekatan tdk dapat ditanggalkan, empat kebutuhan pokok mudah diperoleh maka hendaknya meninggalkan hutan tersebut
3.      Seorang bhikkhu yang tinggal di hutan ttp penyadaran jeli  terbangkitkan, batinnya  terpusat, noda batin  terlenyapkan, serta kemelekatan  dapat ditanggalkan, empat kebutuhan pokok sulit  diperoleh maka hendaknya tinggal di hutan tersebut.
4.      Seorang bhikkhu yang tinggal di hutan ttp penyadaran jeli  terbangkitkan, batinnya  terpusat, noda batin  terlenyapkan, serta kemelekatan  dapat ditanggalkan, empat kebutuhan pokok mudah  diperoleh maka hendaknya tinggal di hutan tersebut.
SB juga menjelaskan seorang siswa yang berdiam dengan teman sepenghidupan luhur, ttp tak memperoleh kemajuan dlm dhamma hendaknya meninggalkan orang tersebut. Peningkatan batin sebagai dasar pertimbangan untuk berdiam di suatu tempat bukan pemenuhan kebutuhan hidup.
Sebaiknya seseorang tdk melakukan perbuatan jahat, krn di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya. Lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik, krn setelah melakukanya ia tdk akan menyesal (Dhp.XXII.314).

24.  Alagaddupama Sutta
Tempat : Jetavana, Savatthi
LB : berkenaan dgn pandangan sesat yg dimiliki oleh B.Arittha bhw ajaran SB berkenaan dgn kesenangan indrawi / pemuasan nafsu tdk membahayakan pelakunya. Orang tua B.Arittha pembunuh gagak
Intinya :
Ø    SB membabarkan ttg org2 yg belajar dhamma scr salah diumpamakan spt org menangkap ular yg berbisa dgn cara yg salah
Dhamma yg dipelajari & dipraktekkan scr benar akan memberikan manfaat yg besar ibarat org yg menangkap ular dgn cara yg benar
Dhamma Have Rakkhati Dhamma Cariç = Dhamma akan melindungi bagi org yg mempraktekkannya
Ø    SB memberikan perumpamaan bhw dhamma / ajaran diibaratkan rakit u/ menyeberang bkn u/ dilekati
Ibarat org yg menyeberang sungai dgn mempergunakan rakit begitu sampai ditepi tdk perlu membawa & memikul rakit ke mana2. dhamma ajaran SB berguna u/ membebaskan diri bkn u/ dilekati
Ø  SB membabarkan ttg 6 dasar pandangan :
1.pandangan ttg rupakhanda (jasmani)
2.pandangan ttg vedana (perasaan)
3.pandangan ttg sankhara (corak batiniah)
4.pandangan ttg sanna (ingatan)
5.pandangan ttg aramana (objek2 di luar diri)
6.pandangan ttg atta yg bkn sbg milikku, bkn diriku, bkn aku.
Ø  SB mengajarkan kpd para B. bhw 5 kelompok kehidupan adalah tdk kekal & merupakan penderitaan
Ø  SB mengajarkan ttg pemadaman penderitaan

25.  Mahasihananda Sutta (M.I.II.12) = khotbah yg diberikan oleh SB blm pernah mendengar & bisa menggetarkan hati/batin sehingga merindingkan bulu roma.
Judul khotbah ini Lomahaçsanapariyaya (uraian dhamma yg dpt mendirikan bulu roma / bulu bergidik)
Tempat : hutan kecil (sebelah barat dari kota Vesali).
LB  : berkenaan dengan Sunakkatha Lichaviputta yang menghina SB yang baru saja meninggalkan Dharma dan Vinaya dan dia berpandangan salah. Namun sebenarnya hinaan itu merupakan suatu pujian bagi SB
Sariputra thera yang berpindapata mendengar ucapan Sunakkhata “Pertapa Gautama tdk memiliki kekuatan adi insani, pengetahuan dan pandangan yang pantas bagi aryawan pembabaran Dhamma-Nya hanya didasarkan pada perenungan, penalaran, serta pemikirannya kendatipun ini mungkin membawa pada pembebasan dari penderitaan bagi siswa yang mengikutinya”
Pernyataan itu tdk dpt menjatuhkan SB krn :
  1. SB Maha Suci, yg telah mencapai penerangan sempurna
  2. mempunyai Maha Iddhi (kemampuan batin)
  3. mempunyai Dibba Sota yg suci
  4. mempunyai kemampuan mengetahui pikiran org lain
Berkenaan dengan hal tersebut SB kemudian membabarkan tentang 10 kekuatan (Dasa Sila) yang dimilikinya yaitu :
  1. Sang Tathagata mengetahui kemungkinan & tdk kemungkinan spt 2 kemungkinan yg dimiliki oleh kehidupan maha purisa akan menjadi SB atau raja diraja, tdk mungkin
  2. Sang Tathagata mengetahui matangnya kamma spt ttg pertapa Korakatiya meninggal dgn penyakit epilepsi
  3. kekuatan dlm pengetahuan ttg jalan menuju alam2 kehidupan spt org yg memiliki loba akan terlahir di alam setan
  4. kekuatan dlm pengetahuan ttg pelbagai unsur. Tedapat didlm Vijaya Sutta
  5. kekuatan dlm pengetahuan ttg kecendrungan makhluk hidup
  6. kekuatan dlm kekenduran & kekuatan batin
  7. kekuatan mengenai cara membersihkan noda batin & munculnya jhana. Terdapat di dlm Vatthupama Sutta, Samanapala S, Dhammacetiya S
  8. kemampuan dlm mengingat kehidupan masa lampau
  9. kemampuan Dibba Cakkhu. Ada 3 mata yaitu : mata daging, mata dewa, mata bijaksana (menurut Sakkhu S)
  10. kemampuan ttg pelenyapan noda batin
Akibat dari sepuluh kekuatan Tathagata:
  1. menjadi pemimpin dari semua pemimpin
  2. meraungkan raungan singa di depan banyak org
  3. memutarkan roda dhamma : Dhamma bersifat keluhuran, keuniversalan, Dhamma ini sudah ada & diputar kembali
Empat integritas/ketangguhan diri (Cattaro Vesarajja):
  1. kebenaran yg telah ditembus sebenarnya blm tertembus
  2. noda2 batin yg telah dilenyapkan ttp sebenarnya blm dilenyapkan
  3. sesuatu yg dikatakan berbahaya ttp sebenarnya tdk berbahaya (bersifat konstruktif)
  4. pembabaran dhamma tdk langsung membawa pd pelenyapan penderitaan
Delapan kelompok masyarakat :
  1. bangsawan
  2. brahmana
  3. perumah tangga
  4. pertapa/samana
  5. dewa tingkat Catumaharajika
  6. dewa tingkat Tavatimsa
  7. mara
  8. brahma
Empat cara kelahiran :
  1. kelahiran melalui telur
  2. kelahiran melalui kandungan
  3. kelahiran melalui kelembaban
  4. kelahiran melalui spontan
SB menerangkan 5 alam jurusan :
  1. neraka (niraya)
  2. binatang (tiracchana)
  3. setan (peta)
  4. manusia (manussa)
  5. dewata (dewa)
Empat praktek hidup yg pernah dijalani SB:
  1. kebertapaan (paramatapa) : berpuasa, telanjang, tidur diatas duri
  2. penodaan (paramalukha) : melumuri tubuh dgn debu, mandi setahun sekali
  3. kejijikan dgn kejahatan (paramajegucchi) : selalu bergerak dgn hati2
  4. pengasingan (parama pavivitta) bersembunyi di hutan
Persepsi dari para pertapa & brahmana yg salah :
  1. kesucian diperoleh dari makanan
  2. kesucian diperoleh dgn pengembaraan dlm samsara
  3. kesucian diperoleh dgn pengorbanan makhluk hidup
  4. kesucian diperoleh dgn pemujaan api

26.  Mahagosinga Sutta
Tempat : di hutan Sala Gosinga
LB :  berkenaan dgn pertanyaan B.Sariputta kpd para Bhikkhu Thera ttg cara memberikan penghargaan thdp hutan pohon Sala Gosinga yg sgt menyenangkan, malam hari disinari bulan, pohon2 sala semua bermekaran, semerbak & wanginya seakan2 memancarkan aroma surgawi
Inti : SB menegaskan kpd B.Sariputta ttg bgm cara memberikan penghargaan thd hutan pohon Sala Gosinga spt yg telah disampaikan oleh B.2 Thera atas permintaan B.Sariputta
1.      Dhamma yg byk dipelajari, diingatnya dirangkum scr lisan dijaga dgn pikiran diserapi dgn baik oleh pandangan benar, mengajar Dhamma kpd 4 kelompok org dgn ungkapan2 & suku2 kata yg lengkap & tdk meragukan bagi lenyapnya kecenderungan2 (anusaya) yg laten
2.      sorg B. yg berbahagia dlm pengasingan diri merasa bahagia dlm pengasingan diri & mengabdikan diri dlm ketenangan pikiran, tdk melalaikan jhana, memiliki pandangan terang & sering menyepi di pondok2 meditasi
3.      seorg B. mengamati alam semesta dgn mata dewa (dibbacakkhu) yg suci & melampaui kemampuan mata org biasa
4.      seorg B. yg sendirian berdiam di hutan & menghargai kediaman, makan dgn pindapata & menghargai makanan dr pindapata, mengenakan jubah dr kain bekas pembungkus mayat & menghargai pemakaian civara (jubah) memiliki & menghargai pemilikan, keinginan yg sedikit, selalu puas & menghargai kepuasan tenang & menghargai ketenangan tdk terlihat dlm keramaian & menghargainya, bersemangat dan menghargai semangat, memiliki & menghargai kesempurnaan sila, sempurna samadhi & menghargai kesempurnaan samadhi, sempurna kebijaksanaan (panna) & menghargai kesempurnaan kebijaksanaan, sempurna kesucian & menhargai kesempurnaan kesucian, pengetahuannya (nana) & penglihatannya (dassana), menghargai kesempurnaan kesucian, pengetahuan & penglihatan
5.      dua org B. yg terlibat dlm pembicaraan ttg abhidhamma, & mereka saling bertanya satu sama lain, masing2 yg ditanya oleh yg lainnya tanpa merasa dipojokkan & pembicaraan mereka berlanjut sesuai dgn dhamma
6.      seorg B. yg berkuasa atas pikirannya sendiri tdk membiarkan pikiran berkuasa atas dirinya, menghayati di pagi hari tentang apa yg ingin dihayati di pagi hari, menghayati ttg apa yg ingin dihayati di pagi hari, menghayati ttg apa yg ingin dihayati di sore hari.
7.      seorg B. yg kembali dr pindapata & selesai makan, duduk & melipat kakinya bersilang mengembarakan perhatiaan (sati) dirinya & bertekat bahwa saya tdk akan berhenti sampai pikiran sy terbebas dari noda2 batin (asava) krn timbulnya pengetahuan (nana).

27.  Maha Gopalaka Sutta
Tempat : Jetavana
LB : SB menerangkan ajaran perbandingan antara kesempurnaan pengembala sapi dengan kesempurnaan bagi para Bhikkhu.
Inti :
1.      tahu bentuk
2.      tahu sifat (memiliki kecendrungan yg berbeda).
3.      menyingkirkan telur lengau (lalat besar/momo)
4.      menutup luka
5.      meniup asap
6.      tahu pelabuhan/sungai (tempat menyeberang sungai)
7.      tahu air minum
8.      tahu jalan
9.      tahu padang rumput
10.  tdk memeras susu hingga habis
11.  menghormati pemimpin sapi
Perbandingannya dengan kesempurnaan seorang Bhikkhu:
1)      mengetahui rupa sebagai unsur dasariah & merenungkannya
2)      tahu sifat org bijak & org sesat
3)      mengikis pikiran yg jahat
4)      mengendalikan indera
5)      mengajarkan dhamma scr terinci
6)      mengunjungi B. yg senior u/ menerima nasehat
7)      tahu makna dhamma yg dibabarkan SB.
8)      Tahu satu jln beruas 8
9)      Tahu 4 landasan penyadaran jeli (kaya,vedana,sanna, dhamma)
10)  Tahu batas dlm mempergunakan kebutuhan pokok
11)  Menghormati B. sesepuh yg menjadi pemuka dlm sangha.
Seorang B. yg mempunyai 11 kesempurnaan:
1.      menambah pengetahuannya & disiplin
2.      B. yg terhormat
3.      mempunyai kata² yg bijaksana


28.  Vammika Sutta
Tempat : Jetavana, Savathi
LB : berkenaan dgn pernyataan sesosok dewa berkulit cemerlang bhw sarang semut berasap di mlm hr & terbakar di siang hari. Perbincangan dr Maha Kassapa dgn dewa berkulit cemerlang.
Inti : B.Maha Kassapa  menanyakan kpd SB. Tentang :
1.      sarang semut
2.      berasap di mlm hari
3.      terbakar di siang hari
4.      orang pandai
5.      alat
6.      menggali
7.      katak
8.      jln kecil yg bercabang
9.      saringan
10.  kura-kura
11.  rumah jagal (besar)
12.  sepotong daging
13.  ular kobra
14.  Brahmana
Makna:
1.      tubuh yg terbentuk dr 4 unsur besar
2.      nerenungkan hal2 yg terjadi di siang hr
3.      merefleksikan badan, ucapan, pikiran sepanjang mlm
4.      pertapa yg menjadi pemula
5.      kebijaksanaan
6.      energi (samvara=pengendalian diri)
7.      kemarahan
8.      kebingungan
9.      5 rintangan
10.  5 kelompok kemelekatan
11.  5 kesenangan indera
12.  nafsu kesenangan indera
13.  pertapa yg bebas dr samyojana
14.  SB

29.  Abhyaraja Kumara Sutta
Tempat : Veluvana, Kalandakanivapa, Rajagaha
LB : Nigantha mengutus pangeran Abhaya agar bertanya dengan SB dgn mengajukan pertanyaan bertanduk.
Intinya : SB menjelaskan ttg 6 ucapan & 2 jenis perkataan dari SB
6 Ucapan itu adalah:
1.      ucapan yg bkn mewakili apa adanya, tdk sesuai dgn kebenaran, tdk berhubungan dgn kebaikan, ucapan itu tdk disenangi & disetujui oleh org lain à tdk diucapkan oleh SB
2.      ucapan yg mewakili apa adanya, sesuai dgn kebenaran, kenyataan, tdk berhubungan dgn kebaikan, tdk disenangi & disetujui oleh org lain à tdk diucapkan oleh SB
3.      ucapan yg mewakili apa adanya, sesuai dgn kenyataan, berhubungan dgn kebaikan, ucapan itu tdk disenangi & disetujui oleh org lain à DIUCAPKAN OLEH SB
4.      ucapan yg bkn mewakili keadaannya, tdk sesuai dgn kenyataannya, tdk berhubungan dgn kebaikan, ucapan itu disenangi & disetujui oleh org lain à tdk diucapkan oleh SB
5.      ucapan yg mewakili keadaannya, sesuai dgn kenyataan, tdk berhubungan dgn kebaikan, ucapan itu disenangi & disetujui oleh org lain à tdk diucapkan oleh SB
ucapan yg mewakili apa adanya, tdk sesuai dgn realita, berhubungan dgn kebaikan, ucapan itu disenangi & disetujui oleh org lain à DIUCAPKAN OLEH SB dgn waktu yg tepat

30.  Nivapa Sutta
Tempat : Jetavana
LB : SB memberikan wejangan kpd pr B. ttg samana yg terperangkap dlm cengkraman mara & sebaliknya
Inti : SB menguraikan ttg 3 jenis pertapa/samana Brahmana yg terperangkap mara & satu jenis yg tdk terperangkap
Mara diumpamakan spt umpan, mara yg dimaksudkan adalah 5 kesenangan indera, yaitu:
1.      kesenangan sentuhan/jsamani
2.      kesenangan hidung
3.      kesenangan mata
4.      kesenangan telinga
5.      kesenangan lidah
sati ada 5, yaitu:
1.      sati
2.      viriya
3.      sila
4.      khanti
5.      indria
Tiga jenis yg terperangkap dlm cengkraman mara:
1.      pertapa & brahmana yg melekat pd kesenangan indrawi yg terperangkap dlm cengkraman mara diumpamakan spt sekelompok binatang yg tergiur pd umpan yg dipasang oleh pemburu
2.      pertapa & brahmana yg pada awalnya tdk tergiur pd 5 kesenangan indrawi ttg belakangan melekat/tergiur pd umpan diumpamakan spt sekelompok binatang yg pd mulanya tdk tergiur pd umpan yg dipasang oleh pemburu ttp belakangan terperangkap di dlmnya
3.      pertapa & brahmana yg tdk melekat dgn 5 kesenangan indrawi ttp memegang pandangan sesat, diumpamakan spt sekelompok binatang yg tdk tergiur pd umpan yg dipasang oleh pemburu ttp terjerat/terkurung di dlm alat perangkap pemburu.
Jenis pertapa yg tdk terperangkap:
Pertapa & brahmana yg tdk melekat pd 5 kesenangan indrawi tdk memegang pandangan sesat & tdk lengah diumpamakan seperti sekelompok binatang yg tdk tergiur pd umpan yg dipasang oleh pemburu & tdk terperangkap dlm alat perangkap binatang.
            SB jg menjelaskan Rupa-Jhana & Arupa-Jhana

31.  Culla Salopama Sutta
Tempat: Bukit Gijjhaguta, di kota Rajagaha
LB: Berkenaan dgn Brahmana Pingalakaccha yg memiliki pandangan bhw pertapa2 pengembala sekte lain (Puranakassapa, Makali Gosala, Negantha-Nataputta, Pagoda-Paccayana, Sanjaya-Belataputta) mempunyai pengetahuan, cara menjalani kehidupan yg sama dgn SB.
Inti: SB. Menjelaskan ttg pembebasan batiniah yg tak berjangkit kembali yg diumpamakan gale kayu
Perumpamaan : Lokiya/berjangkit/pembebasan batiniah yg berjangkit.
1.      persembahan, persanjungan dan kemasyuran diibaratkan seperti ranting pohon naan dlm serta dedaunan.
2.      kesempurnaan dlm sila diibaratkan seperti kerak kayu.
3.      kesempurnaan dlm pemusatan diibaratkan seperti kulit kayu.
4.      kesempuratanaan dlm pandangan dan pengetahuan diibaratkan seperti batang kayu.
5.      pembebasan batin yang tak berjangkit kembali (akuppacetovimutti) dirinya seorang yang melepaskan asawa + samyojana dan mencapai arahat.

32.  Bahu Vedaniya Sutta
Tempat:Taman Anathapindika, Javati, Jetavanarama
LB : berkenaan dgn pertanyaan tukang kayu yg bernama  “Pancakanga” ttg banyak macam perasaan yg dinyatakan SB.
Inti:
1.      B.Udayi menjelaskan 3 jenis perasaan (perasaan yg menyenangkan, menyedihkan, yg bkn menyenangkan pun yg bukan menyenangkan) sedangkan tukang kayu Panchakhanga mendengar uraian khotbah SB bhw perasaan ada 2 macam (perasaan yg menyenangkan, menyedihkan)
2.      SB menguraikan ttg perasaan kpd B.Ananda disesuaikan dgn kemampuan para siswa sehingga dlm bentuk penyajian yg berbeda.
3.      SB menjelaskan ttg 5 ikatan nafsu indera
Kesenangan & kegiuran yg muncul tergantung pd 5 dr pd nafsu indra. SB juga menjelaskan kesenangan & kegiuran yg dialami makhluk scr bertingkat/kualitasnya.
1.      berdiam dlm kesenangan
2.      berdiam dlm pathama jhana
3.      berdiam dlm dutiyajhana
4.      berdiam dlm tatiyajhana
5.      berdiam dlm catutajhana
6.      berdiam dlm panchamajhana
7.      berdiam dlm keadaan dr konsepsi ruang tanpa batas
8.      berdiam dlm keadaan kesadaran tanpa batas
9.      berdiam dlm keadaan dr konsepsi kekosongan
10.  berdiam dlm keadaan bkn pencerapan pun bkn bkn pencerapan.

33.  Maha Tanha Sankhaya
Tempat: Jetavana, Savatthi
LB: Bhikkhu Sati Kevattaputta memiliki pandangan jahat/salah menginterprestasikan bahwa kesadaran (viññana) yang sama berpindah-pindah dlm lingkaran kehidupan ini.
Inti:          
Ø  SB menjelaskan bahwa kesadaran muncul atau timbul krn adanya sebab, dan apabila tanpa kondisi maka kesadaran tdk akan muncul (ada).
Ø  SB menjelaskan tentang perwujudan (sesuatu yang ada dan menjadi) muncul dan padam krn makanan.
Ø  3 Sebab Terjadinya Suatu Kelahiran
EMPAT JENIS SARI MAKANAN UNTUK MENJAGA KELESTARIAN MAKHLUK HIDUP, yaitu:
         Kabalinkähara (Makanan yang dapat ditelan).
         Phassähara ( makanan yang berupa KONTAK / sentuhan)
         Manosancetanähara (makanan berupa KEHENDAK pikiran untuk berbuat).
         Viññanähara (makanan yang berupa KESADARAN).
Empat jenis sari makanan ini memiliki sumber (dana), asal (samudaya), memunculkannya (jati), dan yang menjadikannya (pabhava) oleh keinginan (Tanha).
Vinnana à inti dr pd kehidupan = patisandhi vinnana
Kehendak à muncul setelah adanya ekspresi dr kontak
Kontak à berasal dr mata (6 landasan indra) & memiliki kesadaaran atas landasan indera. Gabungan dari landasan + kesadaran + objek
12 NIDANA (sebab-musabab)
  1. Avijjä (Kekotoran Batin / Kebodohan)
  2. Saékhara (Bentuk-Bentuk Karma)
  3. Viññana (Kesadaran)
  4. Namä – Rupa (Batin Jasmani)
  5. Salayatana (Enam Landasan Indera)
  6. Phassa (Kesan-Kesan)
  7. Vedäna (Perasaan)
  8. Tanha (Keinginan Rendah)
  9. Upadana (Kemelekatan)
  10. Bhäva (Penjelmaan)
  11. Jati (Kelahiran)
  12. Jara – Marana (Hari Tua, Kematian).

34.  Mahavedala Sutta
Tempat: Jetavana, milik Anathapindika, Savathi
LB: berkenaan dgn pertanyaan dgn B.Maha Kitthita ttg istilah kejiwaan (pembebasan pikiran)
Inti:B.Sariputta menjelaskan kpd B.Maha Katthita
TTG:
1.      pengertian ucapan
2.      kesadaran     tdk dpt dipisahkan
3.      perasaan      
4.      penyerapan
5.      pandangan benar
6.      makhluk
7.      jhana I
8.      lima indera
9.      proses kehidupan
10.  pembebasan pikiran
Marana adalah kalau kematian itu tlh tiba maka proses tubuh (kaya-sankhara) berhenti/diam, proses bicara (vaci-sankhara) berhenti, proses mental berhenti, kehidupan habis, panas tubuh hilang serta indera rasa.
Sanna-vedayiniroda, adalah kalau kematian itu tlh tiba maka proses tubuh (kaya-sankhara) berhenti/diam, proses bicara (vaci-sankhara) berhenti, proses mental berhenti, kehidupan tdk habis, panas tubuh tdk hilang serta indera tdk rusak.
Bentuk pembebasan:
1.      Appamana-Cetovimutti = pembebasan batin tanpa tanda (dgn metta)
2.      Akincanna-Cetovimutti = pembebasan batin keadaan kekosongan (dengan melampaui keadaan tanpa batas)
3.      Sunna-Cetovimutti = pembebasan batin kosong (dengan anatta)
4.      Animitta-Cetovimutti =  pembebasan batin tanpa tanda (pembebasan dr nafsu, kebencian, kebodohan).