jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Selasa, Februari 21, 2012

MENGHADAPI FENOMENA KEHIDUPAN SESUAI DHAMMA


MENGHADAPI FENOMENA KEHIDUPAN SESUAI DHAMMA
     Dalam kehidupan ini tidak pernah terlepas dari kondisi-kondisi kehidupan, baik yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan. Dalam buku yang berjudul “Fenomena Kehidupan” dijelaskan mengenai kondisi-kondisi di alam semesta tersebut yaitu untung dan rugi, miskin dan kaya, pujian dan celaan, suka dan duka. Tidak seorangpun yang akan terlepas dari kondisi kehidupan tersebut dan pasti akan mengalami kondisi yang ada di alam ini semasa hidupnya. Kondisi kehidupan tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu menyenangkan dan tidak menyenangkan yang mana hal itu merupakan suatu fenomena alam.
     Semua orang pasti menginginkan sesuatu yang menyenangkan dan tidak ingin sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada dirinya. Sehingga seseorang selalu memupuk hal yang menyenangkan tadi dengan keserakahan dan selalu berusaha untuk menghilangkan hal yang tidak menyenangkan dengan kebencian. Contohnya ada orang yang sukses dengan usahanya, mendapatkan keuntungan, mendapatkan nama baik, dipuji banyak orang, maka orang tersebut bahagia serta merasa puas dengan apa yang diperolehnya. Namun jika keadaan tersebut berbalik seperti mengalami kerugian, memperoleh nama buruk, dicela orang lain, maka yang terjadi pasti kekecewaan, kesedihan dan menimbulkan penderitaan. Jika seseorang sudah mengalami penderitaan batin yang sangat parah seperti itu kadang-kadang seseorang cenderung untuk melakukan bunuh diri.
     Setelah membaca buku yang berjudul “Fenomena Kehidupan” saya sangat setuju terhadap cara menghadapi fenomena kehidupan ataupun kondisi yang terjadi di alam semesta ini. Bahwa dalam keadaan apapun yang sedang dihadapi maka seseorang harusnya dapat mengembangkan keseimbangan batin dan memandang segala sesuatu yang terjadi dengan bijaksana. Untuk dapat berpikir dengan bijaksana tentunya seseorang harus mengerti Dhamma dan melatih moralnya terlebih dahulu, karena dengan moral yang baik seseorang akan dapat mengendalikan dirinya sendiri. Ketika seseorang mampu untuk berpikir dengan bijaksana, memandang segala sesuatu sebagaimana adanya maka batinnya akan seimbang dalam situasi apapun orang tersebut tidak akan stress ataupun tertekan. Jadi tentunya dalam keadaan atau situasi apapun harus siap untuk menerima keadaan yang baik dan yang buruk. Pahami bahwa segala yang terjadi hanya bersifat sementara dan akan selalu mengalami perubahan sehingga kekecewaan, kesedihan atau penderitaan yang dialami akan sedikit saja.
     Sebagai contoh saat seseorang kehilangan sesuatu yang sangat disayanginya, umumnya akan merasa sangat sedih dan menderita. Namun dengan kesedihan tersebut, sesuatu yang telah hilang tadi tidak akan diperolehnya lagi. Justru dari kehilangan tersebut orang harus bisa memandangnya dengan bijaksana yaitu bisa bersikap sebagai orang yang dermawan, murah hati. Kehidupan memang tidak selamanya seperti apa yang orang inginkan yang selalu menginginkan hidup bahagia, namun kadang juga sewaktu-waktu dapat berubah menjadi menderita. Itulah kondisi atau fenomena yang mewarnai kehidupan. Dengan memahami kenyataan hidup yang sebenarnya, sebagai umat Buddha harusnya dapat termotivasi untuk mempraktekkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari sehingga selalu mempunyai pikiran yang positif, bijaksana dalam kehidupannya.


Referensi :
Tejanando. 2006. Fenomena Kehidupan. Denpasar: Vihara Buddha Sakyamuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar