jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Rabu, Februari 29, 2012

The Buddhist Doctrine of Anatta

A. Pendahuluan
     Setiap orang memiliki rasa keakuan yang sangat tinggi sehingga dapat mengantarkan pada penderitaan. Banyak umat Buddha salah persepsi tentang konsep anatta atau tanpa aku, sehingga perlu kita mengerti arti dari anatta ini agar kita dapat merefleksikan apa yang dapat kita dapat dari konsep anatta. Agama Buddha memiliki keistimewaan yang membedakan dengan agama lain. Hal ini dikarenakan adanya ajaran atau doktrin yang mengajarkan tentang Anatta. Ketika agama-agama selain Buddhis mengajarkan tentang adanya atta atau diri atau jiwa yang kekal, Agama Buddha berpandangan bahwa segal sesuatu adalah anatta atau tanpa aku.
B. Pembahasan
    1. Pengertian Anatta.
       Kata Anatta yaitu berasal dari kata An yang berarti tanpa dan atta yang berari diri, aku. sehingga arti kata anatta yaitu tanpa aku. Corak yang menimbulkan pengertian bahwa bentuk-bentuk materi dan batin sebagi suatu "tanpa aku yang kekal" adalah disebut: anatta lakhana. Dalam khotbah Sang Buddha tentang anatta-lakhana sutta, memperlihatkan didalam diri manusia yang terdiri dari badan jasmani dan batin beserta unsur-unsurnya, tidak dijumpai adanya atta. Ajaran Sang Buddha adalah ajaran Anatta. Sang Buddha mengajarkan bahwa segala sesuatu didunia ini adalah fenomena (dhamma) yang saling berhubungan, timbul dan lenyap dibawah hukum sebab-akibat. Alam semesta ini adalah arus perubahan, pembentukan, dan penghancuran.
    2. Pandangan Agama Buddha Terhadap Anatta
    Untuk mempermudah dalam mempelajari tentang anatta maka kita perlu juga mempelajari hukum paticcasamupada (hukum sebab-akibat). Bahwa menurut Buddha Dhamma tidak ada sesuatu zat yang kekal abadi yang dapat dianggap sebagai "aku","jiwa", atau "ego" sebagai lawan dari badan jasmani, dan kesadaran (vinnana). Hal ini perlu ditekankan lagi secara khusus karena kesalhpahaman hingga kini masih saja berlangsung, yang menganggap kesadaran sebagai semacam "jiwa"dan"ego" yang bersifat kekal abadi. Mereka semua tidak kekal dan selalu berubah-ubah. Segala seuatu yang tidak kekal merupakan kelompok tilakhana. Suatu materi lenyap dan ini menciptakan kondisi untuk munculnya materi yang berikutnya dan begitu seterusnya dalam satu rangkaian sebab dan akibat. Tidak terdapat satu bagian pun yang kekal didalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh ajahn chah bahwa apa yang ada di dalam diri kita hanya merupakan suatu susunan dari elemen-elemen yang memiliki fungsi dan bekerja saling mendukung, dan penyebutan atau penamaan yang dipakai hanyalah bersifat duniawi atau dengan kata lain untuk memudahkan kita mengenal dan menyebut.
 "Seluruh tubuh tersusun dari empat elemen yaitu, tanah, air, angin dan api. ketika semua bersatu dan membentuk tubuh, kita mengatakan itu adlah pria, wanita, memberi nama, dan lain-lain, agar kita mengenali satu sama lain dengan mudah. Akan tidak ada satupun disana-hanya tanah, air, api, dan udara. jangan terikat dan bernafsu. Bila anda mencarinya, anda tidak akan menemukan apapun." (Ajahn Chah. 2004: 95)
Didalam Dhammapada dapat ditemukan tiga syair yang mempunyai arti penting dan mendasar ajaran Sang Buddha (syair no. 227, 278, 279). Syair-syair tersebut berbunyi sbb;
a) Sabbe Sankhara Anicca; Segala sesuatu yang terdiri dari paduan unsur unsur adalah tidak kekal
b) Sabbe Sankhara Dukkha; Segala sesuatu yang terdiri dari paduan unsur unsur  adalah dukkha.
c) Sabbe Dhamma Anatta; Semua dhamma adalah tanpa aku/ roh.
Dapat kita ketahui segala sesuatu adalah tanpa aku. Semua yang terjadi tidak semata-mata karena satu faktor saja tetapi dari berbagai faktor bahwa tiada diri yang membentuk dan tidak ada inti yang membentuk sesuatu. Misalnya, kita sakit karena satu sebab saja karena ada beberapa hal yang mempengaruhi misalnya kurang gizi, stress, kondisi cuaca. Keadaan tersebut tidak dapat dikendalikan karena kita bukanlah pemilik dari tubuh ini. Selain itu juga tentang partikel-partikel yang membentuk molekul-molekul, bahwa molekul molekul itu dipecah dan dicari intinya maka yang muncul adalah proton dan atom. Maka dapat dinyatakan bahwa segala sesuatu itu tidak ada inti yang menyelimuti, karena semua bentukan itu terbentuk dari untur-unsur.
     "jika anda mengerti tanpa aku maka belenggu hidup akan sirna. Anda akan damai dengan dunia ini. Ketika kita melihat keluar diri sendiri, kita tidak lagi melekat pada kebahagiaan dan kita akan benar-benar bahagia. Belajar untuk melepas tanpa perjuangan, lepaskan dengan mudah. Jadilah sesuai dengan diri anda sendiri tanpa memegang, tanpa melekat, bebas" (Ajahn Chah. 2004;94).
Bahwa yang menjadi permasalahan kita dari doktrin anatta ini adalah bagaimana agar kita tidak hanya mengunggulkan ego kita akan kemelekatan terhadap segala sesuatu karena hal sesuatu bersifat tanpa aku dan tidak kekal, dan ketika melekat pada segala hal yang tanpa aku dan yang tidak kekal, maka akan sulit kita dapatkan suatu kebahagiaan dan kedamaian.
C. Kesimpulan
     Doktrin anatta merupakan suatu doktrin yang hanya terdapat dalam agama buddha. ini mengajarkan akan ketiadaan aku, ego, diri, yang kekal dan abadi. bahwa segala sesuatu yang dialam semesta ini tidak memiliki inti yang kekal dan abadi. Untuk memahami anatta dapat dilakukan dengan pembuktian. Ini dapat dilakukan dengan seseorang melakukan latihan meditasi yang mana dengan meditasi tersebut seorang akan dapat melihat  kedalam diri dan memahami apa yang ada dalam diri dan hakekatnya. Setelah seseorang dapat memahami akan hal itu maka ia akan dapat mengetahui hakekat dari segala sesuatu.
refrensi
Majjhimanikaya (PTS), Vol 1 Majjhimanikaya hal 134.
Malalasekera. 1961. Encychlopendia of buddhism vol 1"anatta". Ceylon; the govermen of ceylon.
Ajahn Chah. 2004. Tidak ada Ajahn chah.______;________.
Kalupahana, D. J. 1986. Filsafat Buddha. Jakarta; Erlangga.
Wahyono, Mulyadi. 2002. pokok-pokok dasar agama buddha. Depag RI
Widya, Dharma K.2002. Mengenal lebih dekat anicca-dukkha-anatta. Jakarta; YDP Buddhis Nalanda.
______. 2001. Dhammapala (kitab suci agama Buddha). Jakarta; Abhi Dhamma Indonesia.
Dhammananda, Sri. 2004. Keyakinan umat buddha. Karaniya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar