jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Selasa, Februari 21, 2012

MENCINTAI KEHIDUPAN SESUAI DHAMMA


MENCINTAI KEHIDUPAN SESUAI DHAMMA

Dalam kehidupan ini, banyak orang yang tidak mengerti dan mencintai kehidupan. Maksudnya, ketika seseorang belum dewasa atau masih anak-anak, mereka diajarkan untuk tidak membunuh atau menyiksa makhluk hidup. Anak-anak menjadi takut membunuh karena orang tua mengajarkan bahwa membunuh dilarang oleh Sang Buddha dan takut akibat yang akan diterima jika membunuh, tetapi mereka belum mengerti apa arti mencintai kehidupan itu sendiri. Lain halnya dengan orang yang sudah beranjak dewasa, saat mereka sudah dapat menggunakan intelektualitas, barulah diberikan penjelasan mengapa tidak boleh membunuh. Apa hanya karena takut menerima karma buruk atau penderitaan saja. Bukan karena itu, tetapi karena kehidupan itu memang berharga dan bahkan sangat berharga.
Dalam buku yang berjudul “Melihat Dhamma”, untuk mencintai kehidupan tidak hanya dapat dilakukan melalui ucapan, tetapi perbuatan. Perbuatan yang dimaksud adalah dengan pengembangan metta atau cinta kasih dengan praktik dan sikap hidup sehari-hari dengan baik. Setelah memiliki metta, maka seseorang akan memiliki karuna atau belas kasihan, dan mudita atau rasa simpati. Akan tetapi hal tersebut juga harus diimbangi dengan mempelajari meditasi dengan baik dan benar agar  dalam menghadapi kehidupan ini juga dapat lebih baik. Sebab, perilaku yang sangat berharga dan yang lebih tinggi untuk dikembangkan adalah meditasi. Mengapa meditasi perlu dikembangkan? Karena dengan meditasi akan dapat membantu dalam menghadapi kesulitan, emosi, ataupun ketegangan. Itulah sebabnya mengapa pendidikan meditasi sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan ini.
Dalam pembelajaran disekolah terutama pendidikan agama tentu saja diterapkan pendidikan meditasi secara efektif. Sebab meditasi memang harus diajarkan sejak dini agar anak dapat terbiasa untuk melakukan meditasi. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya meditasi adalah dengan perhatian secara terus menerus. Dari perhatian yang terus menerus tadi maka akan muncul pengetahuan. Melaksanakan meditasi membutuhkan keuletan dan kesabaran karena dengan perlahan-lahan maka perhatian akan timbul. Syarat terjadinya meditasi adalah dengan mengerjakan segala sesuatu dengan penuh perhatian terus-menerus pada objek tertentu.
Melaksanakan meditasi tentu saja ada hambatannya. Salah satunya adalah rasa bosan dan tuntutan pikiran yang untuk mencari yang lain sehingga muncul rasa gelisah, malas dan sebagainya. Namun dengan latihan terus-menerus maka pikiran akan diam dan dapat merasakan ketenangan tanpa harus menuruti keinginan inderawi. Ketenangan muncul dari kesadaran murni, bukan dari panca indera yang mendapatkan kepuasan.
Hasil dari meditasi dapat menumbuhkan pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan, perubahan tidak akan menghancurkan kehidupan. Karena secara intelektual akan dapat mengerti bahwa semua ini mengalami perubahan dan sebagai seorang umat Buddha harus mempunyai sikap yang baik dalam bergaul di tengah-tengah masyarakat, sebagai praktik ajaran Dhamma. Dari mencintai kehidupan, ketulusan, pengendalian diri akan dapat dirasakan dari praktik meditasi yang benar.


Referensi: Mahathera, Sri pannyavaro. 2009. Melihat Dhamma. Insight vidyasena Production: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar