- Vinaya Atthakatha
Kadang-kadang istilah yang dipergunakan dala, Vinaya memerlukan penjelasan atau penafsirab. penjelasan atau penafsiran itu disebut Atthakatha. Krdudukan Atthakatha berada dibawah Tipitaka. Kemudian dibuat penjelasan tambahan mengenai Atthakatha sebagai pelengkap. Kitab itu disebut dengan Tika. Dengan berjalannya waktu, kemudian Tika itupun dibuatkan pula penjelasannya. Penjelasan ini disebut Anutika atas Matika.
Kitab Atthakatha ditulis oleh mereka yang memahami ajaran Agama Buddha, dapat dipercaya dan menjadi pegangan Pitaka. Tika dan Anutika mengandung penjelasan dan pendapat acariya yang timbul kemudian kurang dipercaya sebagai sumber yang mempunyai otoritas.
Kitab lain yang ditulis oleh berbagai acariya menurut penafsirannya sendiri tidak termasuk kedalam Tika dan Anutika dan dinamakan "Ajaran para guru" (Acariyavada). Akan tetapi, istilah Acariyavada ini tidak sama dengan istilah Acariyavada yang merupakan lawan dari Theravada.
- Vinaya
kosakata Vinaya berarti ; mengusir, melenyapkan, memusnahkan segala perilaku yang menghalangi kemajuan dalam penungkatan batin atau sesuatu yang membimbing keluar dari samsara. Sikap seorang bhikkhu yang menjalani Vinaya dengan teguh tanpa melakukan pelanggaran-elanggaran apapun, dinamakan sikap berhati-hati. Seringkali disebut dalam vinaya mengenai bhikkhu-bhikkhu yang bersikap hati-hati (kukkuccayanta bhikkhu), yang tidak akan memerima sesuatu benda sebelum diijinkan oleh Sang Buddha. Disamping itu seringkali disebutkan juga tentang bhikkhu-bhikkhu yang sedikit kebutuhannya (appiccha bhikkhu), yang merasa maha melihat kelakukan para bhikkhu lainnya yang kurang patut atau tidak berhati-hati.
Disini nampak sekali lagi hubungan yang penting antara Dhamma dan Vinaya. Dalam sikap berhati-hati dan sedikit kebutuhan itu terdapatlah sejumlah sikap batin yang baik dan bermanfaat bagi pelaksanaan Dhamma, antara lain; hiri dan ottappa. Sedikit kebutuhan berarti pula puas dengan seadanya (santutthi), suatu sikap yang sangat berharga bagi seorang bhikkhu. Sikap batin lain yang sangat penting dalam sikap berhati-hati dan kesederhanaan itu ialah sati (kesadaran), yang merupakan landasan bagi latihan ditingkat apapun juga. Dengan kesadaran, betapapun banyaknya peraturan tentu akan dapat dipelihara atau ditaati sebaik-baiknya. Bahkan kesadaran (sati) akan menjaga pikiran kita dari unsur-unsur yang merugikan.
Sikap berhati-hati menunjukan tiadanya pengendalian diri tiada ke kesadaran. Mungkin juga tiadanya hiri dan ottappa. Sering pula terdapat nafsu-nafsu (tanha) yang tidak disadari keangkuhan (mana) tidak mau menempatkan diri dibawah Vinaya; pandangan salah(miccha-ditthi) yang sering kali menyertai keangkuhan dan membuat bermacam-macam alasan untuk tidak melaksanakan Vinaya.
Manfaat dan Sifat Vinaya
Untuk apakah Vinaya ditetapkan...? Sang Buddha menetapkan Vinaya bagi para bhikkhu berdasarkan 10 alasan, yaitu;
- Kebaikan Sangha. (tanpa Vinaya, eksistensi Sangha tidak akan bertahan lama)
- Kesejahteraan Sangha. (sehingga bhikkhu akan sedikit mendapat rintangan dan hidup damai)
- Mengendalaikan para bhikkhu yang tidak teguh (yang dapat menimbulkan persoalan dalam Sangha).
- Kebahagiaan Bhikkhu yang berkelakuan baik (karena pengamalan sila dengan baik menyebabkan kebahagiaan hidup sekarang ini).
- melindungi diri atau melenyapkan kilesa yang telah ada (karena banyak kesulitan, dapat diatasi dengan laku moral yang baik).
- mencegah timbulnya kilesa yang abtu (kilesa tidak akan timbul pada orang yang memiliki sila yang baik).
- memuaskan mereka yang belum puas dengan Dhamma (karena orang yang belum puas dengan Dhamma akan puas dengan tingkah laku bhikkhu yang baik).
- menambah keyakinan mereka yang telah mendengarkan Dhamma (karena orang yang telah mendengarkan Dhamma akan bertambah keyakinannya melihat bhikkhu yang baik).
- menegakkan Dhamma yang benar (Dhamma akan bertahan lama bila Vinaya dilaksanakan dengan baik oleh Bhikkhu).
- Manfaat Vinaya itu sendiri (vinaya dapat memberikan manfaat kepada mahkluk-mahkluk, terbebas dari samsara).
Dalam kitab Angittara Nikaya terdapat dua macam lagi;
"Untuk memperoleh sokongan hidup gharavasa dan untuk memusnahkan kelompok bhikkhu yang bertindak buruk".
Alasan pertama merupakan hal yang penting untuk Sangha dan kedua memperlihatkan bagimana Vinaya telah melindungi Sangha. Dhamma telah terpelihara sampai sekarang berkat adanya Sangha; dan Sangha ini terpelihara karena adanya Vinaya yang ditaati. Jelaslah bahwa Vinaya memelihara Dhamma seumpama seutas benang mengikat bunga-bunga menjadi satu, sehingga tidak mudah dicerai-beraikan oleh angin. Sang Buddha menetapkan Vinaya tidak hanya bertujuan untuk kebajikan para bhikkhu pada umumnya. Maka patutlah Vinaya ini dijunjung tinggi oleh para bhikkhu yang baik dan oleh umat yang mengerti Vinaya. Bagaimana pentingnya Vinaya dapat dilihat dari keputusan para Arahat pada sidang Sanghayana Pertama untuk mengucapkan kembali Vinaya dan penetapan Vinaya Pitaka sebagai bagian pertama didalam Kitab Suci Tipitaka.
"Vinaya adalah jiwa dari agama (sasana); selama Vinaya tegak berdiri, agamapun tegak berdiri. Oleh karena itu, marilah kita ucapkan ulang Vinaya terlebih dahulu".
Mengajarkan Dhamma tanpa Vinaya, sama artinya dengan mengajarkan jalan tanpa menunjukan bagaimana cara memulai dan menempuhnya. Sebaliknya, Vinaya tanpa Dhamma hanya merupakan peraturan-peraturan konong yang sedikit manfaatnya. Hal ini berlaku bagi bhikkhu maupun gharavasa. Oleh karena setiap bhikkhu berkewajiban menjalankan Vinaya dan kriteria hidup baik-buruknya seorang bhikkhu berdasarkan kepatuhannya terhadap Vinaya, maka timbul dua komplikasi, yaitu;
- Mereka yang tidak taat dan tidak sungguh-sungguh melaksanakan Vinaya. Oleh sebab itu sukar mengendalikan Bhikkhu sangha dengan baik.
- Mereka yang melaksanakan Vinaya dengan sungguh-sungguh, tetapi dengan membabi buta dan menganggap diri mereka lebih baik dari pada bhikkhu-bhikkhu lainnya yang mereka cela karena tidak melaksanakan Vinaya. Mereka akan merasa jengkel berada dalam pertemuan bhukkhu Sangha. Oleh karena sikap mereka yang demikian itu, mereka tidak meraih kebahagiaan.
Vinaya akan membawa kebahagiaan bagi mereka yang menjalaninya dengan benar. Akan tetapi, menumbulkan kejengkelan, kegelisahan atau ketegangan dalam diri bhikkhu yang menjalankan Vinaya dengan "kesungguhan yang salah".
Tim Penyusun. 2003. Materi Kuliah Agama Buddha (Vinaya Pitaka), hal 12-16. CV Dewi Kayana Abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar