jejak ajaran Buddha

jejak ajaran Buddha

SPACE IKLAN

SPACE IKLAN

Translate

Kamis, Desember 08, 2011

APLIKASI TILAKKHANA DALAM CINTA


APLIKASI TILAKKHANA DALAM CINTA
I.     Pendahuluan
v Latar belakang
Cinta adalah sesuatu yang sangat dipuja oleh semua orang. Cinta adalah sebuah kata yang indah dan penuh arti masing-masing orang mempunyai pengertian yang berbeda tentang cinta. C.i.n.t.a hanya terdiri dari lima huruf kan tetapi mempunyai pengaruh yang sangat besar saat seseorang jatuh cinta. Saat orang sedang jatuh cinta semua terasa indah bahwa meskipun ia sedang sedih kesedihannya bisa hilang dalam sekejap apalagi kalau sampai ia bisa mendapatkan seseorang yang dicintainya. Rata-rata orang mau melakukan apa saja untuk merebut hati sang pujaan tidak heran jika kadang ada seseorang yang nekad bunuh diri karena cintanya ditolak. Cinta memang hal yang sangat sulit untuk ditebak karena cinta dapat mendatangkan kebahagiaan dan bisa mendatangkan penderitaan.  Banyak orang tidak menyadari bahwa cinta itu selalu berubah, cinta itu penderitaan dan cinta itu tanpa inti. Orang-orang terlena karena keindahan cinta tanpa menyadari dibalik itu juga ada penderitaan yang kadang tidak bisa menerimanya. Mereka hanya memuja cinta saat mereka merasa bahagia dengan cinta yang dimiliki tetapi jika mereka dikecewakan oleh cinta mereka juga akan merasa menyesal dengan cinta. Cinta itu sangat unik bisa membuat seseorang tersenyum tetapi juga bisa membuat orang menangis.
Setiap orang ingin mencinta dan dicinta dengan setulus hati akan tetapi jika semua itu berubah tidak sesuai dengan apa yang diinginkan akan meninggalkan kekecewaan yang sangat dalam apalagi jika cinta itu sudah mendalam pada seseorang tentu sulit untuk menerima perubahan cinta yang terjadi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis paper yang berjudul ‘Aplikasi Tilakkhana Dalam Cinta’.

II.     Pembahasan
1.    Pengertian
a.    Tilakkhana
Tilakkhana atau tiga corak umum itu adalah tiga keadaan yang mencengkram segala sesuatu dalam alam semesta ini. Tidak ada suatu bentuk apapun yang bebas dari tiga corak umum tersebut, maka dari itu tilakkhana merupakan corak universal dari segala sesuatu yang ada. Ketiga corak umum ini menjadi dasar ajaran agama Buddha (pokok-pokok dasar agama buddha, 2002 : 75). Adapun tiga corak umum tersebut, yaitu:
Ø  Anicca (ketidak kekalan)
berarti segala sesuatu selalu berubah atau segala sesuatu tidak kekal. Agama Buddha mengajarkan bahwa seluruh alam semesta ini adalah ciptaan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya dan tidak kekal. Anicca lakkhana atau corak yang selalu berubah-ubah adalah corak yang khas dari keadaan Viparimana dan Annatha Bhava. Viparimana yaitu suatu perubahan yang radikal di alam semesta yang merupakan perubahan yang disebut dari bentuk ada ke keadaan yang tiada. Annathabhava berarti perubahan yang mengikuti suatu keadaan sedikit demi sedikit.
Ø  Dukkha (penderitaan)
berarti keadaan tidak memuaskan, tidak menyenangkan, kesakitan, kedukaan, kesedihan, penderitaan yang dialami oleh seseorang. Terdapat ungkapan sabbe sankhara dukkha berarti segala sesuatu yang merupakan gabungan unsur-unsur adalah dukkha. Ada tiga jenis dukkha yang dimaksud oleh sang buddha, yaitu dukkha-dukkha, viparimana dukkha dan sankhara dukkha. Dukkha-dukkha yaitu dukkha sebagai penderitaan biasa seperti kelahiran, sakit, tua, kematian, berpisah dengan orang yang dicintai dan berkumpul dengan orang yang dibenci, tidak memperoleh yang diinginkan, keluh kesah dan kesedihan. Viparimana dukkha yaitu dukkha sebagai akibat dari perubahan seperti suatu perasaan bahagia pada waktunya akan berubah dan perubahan ini akan menimbulkan kesedihan, penderitaan dan ketidakbahagiaan.
Sankhara dukkha yaitu dukkha sebagai akibat dari keadaan yang bersyarat untuk itu seseorang hatus memahami manusia sebagai gabungan dari lima khandha yang terdiri atas badan jasmani, pikiran, perasaan, pencerapan dan kesadaran.
Ø  Anatta (tanpa aku)
Kata anatta secara harafiah berarti tidak ada atta atau jiwa (atta berarti self “sang diri” sedangkan anatta berarti non self, tanpa ‘sang aku’. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bahwa di dalam alam semesta ini tidak terdapat roh atau jiwa yang kekal abadi yang tidak berubah sepanjang masa.
b.    Cinta
cinta a 1 suka sekali; sayang benar; 2 kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan); 3 ingin sekali; berharap sekali; rindu; 4 kl susah hati (khawatir). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 : 288).
2.    Aplikasi Tilakkhana dalam Cinta
Banyak orang beranggapan cinta itu harus memiliki tidak heran jika kita kadang memaksakan kehendak bahwa kita harus memiliki dia bagaimanapun caranya karena kita sudah terobsesi dengan perasaan cinta itu sendiri. Mencintai seseorang atau dicintai itu adalah hak setiap manusia akan tetapi yang perlu digarisbawahi disini adalah cinta yang membawa kebahagiaan dan tanpa keterikatan. Saat kita mencintai seseorang dengan tulus tetapi suatu hari dia berubah atau mencintai orang lain kemudian meninggalkan kita sebenarnya itu adalah bentuk bahwa cinta itu tidak kekal karena ternyata orang yang kita sayangi bisa pindah kelain hati sehingga menimbulkan kekecewaan dan kesedihan. Saat kita ditinggalkan itu juga sebuah bentuk penderitaan karena kita berpisah dengan orang yang dicintai tentu hal ini keadaan yang tidak menyenangkan dan tidak memuaskan sebab tidak sesuai dengan kita. Saat kita berpisah dengan orang yang dicinta sebenarnya tanpa inti kita menangis karena cinta sedangkan cinta itu hanyalah gabungan dari perasaan kagum, suka dan senang setelah perasaan itu lenyap kita tidak lagi merasakan cinta itu yang disebut tanpa inti.

Kita menyadari kalau cinta itu bersifat anicca (tidak kekal), dukkha (penderitaan) dan anatta (anatta) oleh sebab itu kita harus tau bagaimana mengaplikasikan anicca,dukkha dan anatta dalam cinta agar cinta itu tidak terlalu membuat kita menderita.
Ø  Mengaplikasikan Anicca dalam cinta adalah dengan pikiran yang benar-benar mampu memperhatikan orang lain dan mencintai dengan pengertian cinta yang murni boleh mencintai atau dicintai seseorang tetapi jangan terikat dan jangan terlalu mencintainya.
Ø  Mengaplikasikan Dukkha dalam cinta adalah dengan menerima apa adanya. Jika kita dapat menerima kehidupan sebagaimana adanya kita dapat merespon dengan cepat terhadap apa yang sedang kita alami yang lebih baik daripada bereaksi terhadap rasa takut kehilangan orang yang kita cintai dan penolakan terhadap kepergiaannya.
Ø  Mengaplikasikan Anatta dalam cinta kita menyadari bahwa segala sesuatu tanpa aku atau tanpa inti jadi yang harus dilakukan adalah tidak menyesali apa yang telah terjadi kita berpikir untuk apa menangis karena cinta padahal cinta itu hanyalah suatu gabungan dari perasaan suka, kagum dan senang setelah kita bisa melupakan dia cinta itu juga akan hilang.
Mengetahui cara menyikapi cinta dengan Anicca, Dukkha Dan Anatta akan membantu kita dalam proses menjalin hubungan.
III.     Penutup
v Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cinta bisa membawa kebahagiaan tetapi juga bisa membawa penderitaan solusi supaya bisa keluar dari penderitaan adalah mengenali cinta dengan Anicca, Dukkha dan Anatta. Hal yang harus dilakukan adalah mencinta atau dicinta tanpa mengikat dan jangan terlalu mencintai, menerima sebagaimana adanya perpisahan, menyadari segala sesuatu hanyalah suatu gabungan saja tidak ada intinya.



Referensi:
Ø Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ø Widya, K Dharma. 2002. Mengenal Lebih Dekat Anicca Dukkha Anatta. Jakarta: Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda.
Ø Wahono, Mulyadi. 2002. Pokok-Pokok Dasar Agama Buddha. Jakarta: Depaertemen Agama Ri Proyek Peningkatan Pendidikan Agama Buddha Di Perguruan Tinggi.
Ø Tim Penyusun. Bagaimana Mengembangkan Kebahagiaan Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Jakarta: Penerbit Dian Dharma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar