Makul : Strategi Pembelajaran I
Dosen : Setyaningsih, S.Ag
METODE YANG TEPAT UNTUK MENGATASI ANAK-ANAK SEKOLAH MINGGU BUDDHIS VIHARA DHAMMAPHALA YANG KURANG AKTIF
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu hal yang penting bagi manusia. Dengan pendidikan manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan terjadi proses belajar mengajar antara anak didik dan pendidik. Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar bila antara anak didik dan pendidik serta semua komponen yang terkandung dalam institusi dapat bekerja sama. Suasana belajar mengajar juga akan terasa nyaman jika semua pihak mentaati peraturan yang telah disepakati.
Pendidikan terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Contoh pendidikan di luar sekolah yaitu Sekolah Minggu Buddhis. Sekolah Minggu Buddhis dilaksanakan di vihara setiap hari Minggu. Proses belajar mengajar pun berlangsung meskipun tidak seperti proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun vihara sering muncul masalah-masalah yang dihadapi oleh pendidik. Masalah yang sering muncul adalah menemukan adanya siswa yang pasif, siswa yang tidak disiplin, dan tidak memperhatikan saat diberi pelajaran. Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut seorang guru harus dapat menemukan metode yang tepat untuk menyelesaikan berbagai masalah yang muncul sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Tujuan pendidikan salah satunya yaitu keberhasilan anak didik dalam belajar. Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang permasalahan yang terjadi dalam Sekolah Minggu Buddhis di Vihara Dhammaphala.
Sekolah Minggu Buddhis Vihara Dhammaphala berada di dusun Deplongan, desa Wates, kecamatan Getasan. Setelah melakukan pengamatan, penulis menganggap bahwa kegiatan sekolah minggu di Vihara Dhammaphala belum berhasil dengan baik. Anak-anak sekolah minggu di Vihara Dhammaphala pada umumnya tergolong pasif. Oleh karena itu seorang guru maupun pembina hendaknya dapat mengatasi masalah ini agar tercipta anak-anak yang aktif dan mempunyai mental yang bagus.
B. Pembahasan
Anak-anak sekolah minggu Vihara Dhammaphala meliputi berbagai tingkatan kelas dari tingkat TK sampai SMP, bahkan ada yang belum sekolah. Jumlah anak sekolah minggu Vihara Dhammaphala sekitar 25 anak. Anak didik merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran karena tanpa anak didik proses pembelajaran tidak akan berlangsung. Selain itu anak-anak masih sangat membutuhkan bimbingan. Anak didik mempunyai sifat yang berbeda yaitu aktif dan pasif. Masalah anak-anak yang kurang aktif akan menghambat kelancaran proses pembelajaran. Anak-anak Sekolah Minggu Buddhis (SMB) Vihara Dhammaphala tergolong pasif. Hal ini disebabkan karena kebiasaan, kurang bimbingan dari pembina atau guru sekolah minggunya. Jika dibiarkan kepasifan anak-anak akan menimbulkan dampak negatif. Anak-anak akan menjadi kurang matang dalam aspek intelektual, psikologis, dan biologis.
Kepasifan anak dapat diatasi dengan cara penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2008: 952). Menurut Djamarah (2006: 46) metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingi dicapai setelah pengajaran berakhir. Selain metode pembelajaran, juga diperlukan adanya strategi pembelajaran demi mencapai keberhasilan pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran mencakup rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai media dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat bermacam-macam metode yang digunakan dalam proses pembelajaran serta untu mengatasi permasalahan yang terjadi. Untuk mengatasi masalah anak yang pasif dapat menggunakan metode sumbang saran (http://naidra.student.fkip.uns.ac.id/?p=375). Metode sumbang saran merupakan suatu cara mengajar dengan mengutarakan suatu masalah oleh guru kemudian siswa memjawab serta mengemukakan pendapat atau komentar sehingga masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru. Kelebihan metode sumbang saran adalah susana disiplin dan demokratis dapat tumbuh, anak-anak aktif untuk menyatakan pendapatnya, melatih siswa untuk berfikir dengan cepat dan tersusun logis, merangsang siswa untuk selalu berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru, terjadi persaingan yang sehat, meningkatkan partisipasi siwa dalam menerima pelajaran, siswa yang kurang aktif menapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru. Dan kelemahannya adalah guru kurang memberi waktu kepada siswa untuk berfikir yang baik, anak yang kurang selalu ketinggalan, kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai, guru hanya menampang pendapat-pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan.
Selain dengan metode sumbang saran guru juga dapat menggunakan metode diskusi. Menurut Djamarah (2006: 46) metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidaka ada yang pasif sebagai pendengar setia. Metode diskusi ada kebaikan dan kekurangannya. Kebaikan metode diskusi adalah merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan prakasa dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah, mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan, membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan masalah. Kekurangan metode diskusi adalah pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang, tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, peserta mendapat informasi yang terbatas, mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.
Dengan menggunakan metode sumbang saran dan diskusi akan dapat menumbuhkan keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga dengan memiliki keberanian anak akan menjadi lebih aktif karena dalam metode sumbang saran dan diskusi anak dituntut oleh mengemukakan pendapatnya. Namun semua itu butuh proses. Selain itu dalam menggunakan metode harus disesuaikan dengan tujuannya, harus memikirkan apakah metode ini sesuai dengan tingkat umur anak.
C. Penutup
Permasalahan tentang keaktifan dan kepasifan anak dalam proses pembelajaran merupakan hal yang wajar dihadapi oleh seorang guru. Dengan mencoba menggunakan metode sumbang saran dan metode diskusi diharapkan anak dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan lebih berkonsentrasi dan mempunyai keberanian untuk mengemukakan pendapat sedikit demi sedikit. Anak-anak Sekolah Minggu Buddhis Vihara Dhammaphala sebagian besar masih duduk di tingkat SD oleh karena itu pembina atau guru sekolah minggu diharapkan tidak kaku dalam menggunakan metode ini. Dalam menggunakan metode ini dapat diselingi dengan permainan atau hal lain yang dapat merangsang semangat anak dalam beajar.
Pada dasarnya semua metode mempunyai kelebihan dan kelemahan, tergantung pendidik dalam melihat kondisi belajar yang sedang berlangsung. Jadi dengan penggunaan metode sumbang saran dan diskusi anak-anak sekolah minggu vihara Dhammaphala dapat berkembang menjadi lebih aktif. Jika metode ini berhasil membentuk anak-anak sekolah minggu vihara Dhammaphala menjadi aktif maka pembelajaran akan dapat berjalan dengan baik, sehingga Sekolah Minggu Buddhis Vihara Dhammaphala dapat maju dan berkembang.
Referensi:
Djamarah, Syaiful B dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://naidra.student.fkip.uns.ac.id/?p=375 (diakses pada tanggal 24 Mei 2011)
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar